Thursday, July 20, 2017

Bijak dalam Menggunakan Jejaring Sosial

Beberapa hari ini, kita mendengar berita hangat bahwa beberapa jejaring sosial akan diblokir oleh pemerintah, dengan alasan dipergunakan untuk tindakan yang membahayakan persatuan bangsa dan pluralitas bangsa. Entah itu benar ataukah karena alasan politis.
Kita memang mudah membuat akun media sosial, tapi sebagai manusia yang beretika maka sudah sepantasnya kita memanfaatkan untuk kebaikan. Bukan malah digunakan untuk menebar kebencian, provokasi maupun menilai kebudayaan ataupun agama yang berbeda. Perbedaan lumrah terjadi. Bahkan saudara sekandung dan kembar pun pasti berbeda. Kita yang beragama Islam memiliki prinsip bagaimana dalam memperlakukan umat beragama lain. Pun umat agama lain memiliki ajaran-ajaran sendiri, yang tidak akan pernah ketemu kalau diperdebatkan. Maka sudah selayaknya jika kita tidak boleh menilai keburukan ajaran agama lain meski dalam hati keyakinan bahwa agamanya yang paling benar tetap ada. Tak usah memancing-mancing emosi umat lain.
Itu dalam beragama. Sekarang mengenai perbedaan suku bangsa. Kita maklum kalau suku bangsa yang beragam pastinya juga memiliki kekhasan budaya, ciri fisik, dll. Tak perlu menghina satu sama lain. Toh kita semua diciptakan dalam kondisi yang memang tak sama. Bagi umat Islam, mengenai suku bangsa sudah tercantum dalam kitab suci.
Nah, mengingat kebhinnekaan di Indonesia maka ketika menggunakan ya musti hati-hati. Boleh jadi status yang kita buat di media sosial bisa memancing kemarahan orang lain. Dampaknya jangan sampai melunturkan nilai-nilai persatuan. Ingat semboyan bangsa Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika.
Berikutnya, selain harus menjaga persatuan bangsa kita juga harus bijak ketika bermedia sosial, demi menjaga instansi kerja, keluarga, tetangga, anak-anak, dll. Kita bisa bayangkan apabila seseorang yang misalnya merupakan seorang pegawai negeri tapi pada jam kerja malah online terus, membuat status terus membalas komentar tiada henti, pasti di benak orang yang baca ya akan muncul pertanyaan dia kerja serius ataukah tidak. Kalaupun tak ada pertanyaan seperti itu, nanti pihak atasan juga bisa menilai buruk kinerja pegawainya. Nanti bisa susah kalau diturunkan jabatannya apalagi berujung dipecat.😁😁😁
Membuat status di jejaring sosial atau media sosial memang dirasa asyik, bisa melampiaskan kebahagiaan, rasa sedih, rasa tak suka, rasa benci, mangkel, dll. Tapi tetap harus hati-hati. Jangan sampai menimbulkan rasa sakit hati, lunturnya persaudaraan, lunturnya persahabatan, saling memusuhi satu instansi dengan instansi yang lain. Di manapun manusia memiliki privasi yang tidak ingin diketahui orang lain. Bisa jadi kita membuat status bahagia tapi sebenarnya kondisi kesehatan, hati, repot luarbiasa baik karena tuntutan kerjaan dinas tapi juga urusan keluarga, terutama anak, bagi yang sudah memiliki anak. Curhat colongan ibu-ibu ini...😜😜😜
Seorang yang kerja di sebuah instansi/kantor/pwrusahaan pun juga musti hati-hati lho. Oke kalau antar instansi pasti punya persaingan tapi kalau bersaing yang sehat. Tak perlu menjelekkan instansi/kantor/perusahaan lain demi keuntungan dan egonya sendiri. Toh kalau membuat status "menyerang" instansi, kantor, perusahaan lain bisa-bisa malah membuka aib sendiri.😝😝😝
So...Yuk berusaha bijak menggunakan jejaring sosial/media sosial. Yuk memanusiakan orang lain, seperti kita memanusiakan diri sendiri.😄😄😄

Terinspirasi beberapa peristiwa di negara dan lingkungan ini...
Semoga bermanfaat untuk saya sendiri n orang yang membacanya...
😊😊😊

No comments:

Post a Comment