Friday, June 06, 2014

LANDASAN FILOSOFIS DAN PSIKOLOGIS- PEDAGOGIS PENDIDIKAN DI SEKOLAH DASAR

1.  LANDASAN FILOSOFIS DAN PSIKOLOGIS- PEDAGOGIS

Pandangan filosofis dan psikologis- pedagogis mewakili cara pandang pakar dalam bidang filsafat, psikologi dan pedagogic/ ilmu mendidik terhadap keniscayaan proses pendidikan untuk usia sekolah 6- 13 tahun. Dikatakan suatu keniscayaan karena pendidikan untuk anak usia tersebut berlaku universal dan telah menjadi kenyataan atau sering disebut juga condition sine equanon.

Argumen tentang keniscayaan pendidikan untuk anak usia itu antara lain,
a.       Pelembagaan proses pendidikan untuk usia dalam system pendidikan persekolahan atau schooling system, diyakini sangat strategis
b.       Proses pendewasaan yang sistematik dan sitemik itu diyakini lebih efektif dan bermakna
c.       Berbagai teori psikologi khususnya teori belajar yang menjadi landasan konseptual teori pembelajaran seperti teori behaviorisme, kognitifisme, humanism dan social ( Bell- Gedler), filsafat pendidikan seperti perenialisme, esensialisme, progresifisme dan rekonstruksionalisme social.
     
     Berikut ini termasuk teori yang relevan menggali landasan filosofis dan psikologis- pedagogis pendidikan di SD/ MI

a.       Teori Kognitifisme atau teori Perkembangan Kognitif.
Teori ini dikembangkan oleh Jean Piaget. Piaget menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah duplikat dari objek, dan bukan pula sebagai tampilan kesadaran dari benyuk yang ada dengan sendirinya dalam diri individu.
Secara teoritik perkembangan kognitif ( Bell- Gredler ) mencakup tiga proses mental, yaitu:
·         Assimilation ( asimilasi ) adalah integrasi data baru dengan struktur kognitif yang sudah ada dalam pikiran.
·         Accomodation ( akomodasi ) menunjuk pada proses penyesuaian struktur kognitif dengan situasi baru.
Equilibration ( equlibrasi ) adalah proses penyesuaian yang sinambung antara asimilasi dan akomodasi. 

Adapun tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget sebagai berikut.

Usia
Tahap
Karakteristik
0 sampai 1,5- 2 tahun
Sensorimotorik
Prasimbolik dan Praverbal;  kecerdasan mencakup perkembangan pola tindak; mampu membedakan dirinya dengan lingkungan; mampu membedakan cirri fisiknya; mulai tumbuhnya konsep tetap mengenai suatu objek.
2-3 sampai 7-8tahun
Praoperasional
Pikiran logis parsial mulai tumbuh; konsep ketetapan suatu objek mengarahkan pada identitas kualitas; proses pikiran bertolak dari isyarat perceptual dan anak belum sadar akan pernyataan yang saling bertentangan; perkembangan bahasa dimulai dan bertambah dengan cepat; bicara spontan didominasi oleh monolog.
7-8 sampai 12- 14 tahun
Operasi Konkret
Perilaku impulsive mulai diganti dengan refleksi dasar dan anak mulai dapat membedakan perbedaan pandangan orang lain; mulai bermain bersama termasuk kesepakatan aturan dan kerjasama; cara berpikir logis terkait denga objek.
Lebih dari 14 tahun
Operasi Formal
Pikiran tentang rencana hidup dan peran orang dewasa mulai tumbuh; kemampuan berpikir logis dalam berbagai situasi mulai tumbuh; individu mampu bernalar dari situasi hipotesis sampai konkret.

a.       Teori Historis- Kultural ( Cultural Historical Theories )
Teori yang dikembangkan oleh Lev S. Vygotsky ini memusatkan perhatian pada penggunaan symbol sebagai alat, dengan dasar pemikiran bahwa manusia menemukan alat yang telah mengantarkan kemajuan bagi umat manusia. System symbol yang dikembangkan adalah bahasa lisan dan tulisan, system matematika, notasi music dan lainnya.
Vigotsky mendasarkan teorinya pada konsep bahwa aktivitas mental adalah sesuatu hal yang unik hanya pada  manusia. Hal itu karena merupakan produk dari belajar social yakni proses penyadaran symbol- symbol social dan internalisasi kebudayaan dan hubungan social.

Teori Vigostsky mengidentifikasi adanya 3 konsep pokok yang terkait erat dengan pembelajaran, yaitu :
1.       Hukum genetic perkembangan atau genetic law of development. Menurut hukum ini pertumbuhan dan perkembangan kognitif seseoran berlangsung dalam 2 tataran yaitu lingkungan social sebagai ranah intermental atau interpsikologis dan suasana psikologis dalam diri seseorang sebagai ranah intramental atau intrapsikologis.
2.       Zona perkembangan proksimal atau zone of proximal development. Zona ini merupakan ruang antara perkembangan actual, artinya nyata dan perkembangan potensial seseorang, yang ada di dalam diri atau late.
a.       Mediasi atau mediation. Mediasi merupakan symbol- symbol seperti bahasa, lambang, semiotika yang ada dalam lingkungan. Mediasi dibedakan menjadi 2 yaitu ; Mediasi  kognitif dan Mediasi meta kognitif.

b.      Teori Humanistik
Pendidikan humanistic adalah pendidikan manusia secara utuh dan meyeluruh yang memusatkan perhatian pada proses pendidikan yang memungkinkan peserta didik melakukan belajar menikmati kehidupan atau mencapai kebutuhan lebih tinggi dalam pengertian kebutuhan akan kehidupan yang optimal atau kemungkinan pertumbuhan yang positif. Karakteristik pendidikan humanistic antara lain :
a.       Menjadikan peserta didik sebagai isi
b.       Mengenal bahwa imaginasi peserta didik seperti dicerminkan dalam seni, impian, cerita dan fantasi.
c.       Memberikan perhatian khusus terhadap ekspresi non-verbal
d.       Menggunakan permainan, improvisasi, dan bermain peran sebagai wahana simulasi perilaku yang dapat dikaji dan diubah.

Tujuh aspek tujuan pendidikan humanistic meliputi :
a.       Perkembangan personal, contoh kematangan berbicara
b.       Perilaku kratif yang mencakup kemurnian, kreativitas imajinasi, interpretasi baru, makna baru dan sejenisnya
c.       Kesadaran antar pribadi, contohnya setiap orang pasti membutuhkan orang lain untuk berteman
d.       Orientasi terhadap mapel/ disiplin ilmu
e.       Materi seperti IPS, Matematika, dll
f.        Metode pembelajaran afektif, contohnya bermain peran.
Pandangan Ericson tentang Affective development terdapat tahap perkembangan manusia yang sehat, yaitu 1)Tahap bertahan hidup masa bayi; 2)Tahap pengokohan pada masa kanak- kanak;3)Tahap sosiabilitas; 5)Tahap keahlian pada masa dewasa muda; 6) Tahap kematangan pada masa dewasa
g.       Guru dan tenaga kependidikan lainnya

2.     LANDASAN SOSIOLOGIS- ANTROPOLOGIS PENDIDIKAN SD

Cara pandang sosiologis-antropologis (sosio antropologis) adalah cara melihat pendidikan dasar dari fungsi proses pendidikan dasar dalam proses sosialisasi atau pendewasaan peserta didik dalam konteks kehidupan bermasyarakat, dan proses enkulturasi atau peawarisan nilai dari generasi tua kepada peserta didik yang sedang mendewasa dalam konteks pembudayaan.

Implikasi dari karakteristik sosiologis dan social politis masyarakat Indonesia maka perlu dibangun sisdiknas yang diselenggarakan dengan menerapkan politik pendidikan nasional yang terdesentralisasi. Semula sisdiknas diatur dalam UU no 2/ 1989 tetapi kemudian diubah dalam UU no 20 / 2003 yang lebih desentralistik.

Secara antropologi maka semua kenyataan tentang keragaman baik keragaman suku, agama, bahasa daerah, keturunan dll harus terakomodasi dalam sisdiknas. Sisdiknas menerapkan prinsip pendidikan yang demokratis, berkeadilan dan tidak diskriminatif, pendidikan terbuka dan multi makna, pendidikan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan sepanjang hayat, dan pendidikan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat.

No comments:

Post a Comment