Wednesday, October 01, 2014

Peran Sejarah dalam Era Globalisasi

Sekarang ini globalisasi telah meliputi segala aspek kehidupan manusia dalam masyarakat, akibatnya yang terkait di dalamnya menjadi sangat kompleks dan makin sulit dipisahkan.[1]
Dalam era globalisasi diperlukn suatu antisipasi terhadap persaingan yang semakin ketat. Persaingan tersebut memiliki unsure semangat dari suatu negara/ orang untuk lebih baik daripada pihak lain. Hal itu harus disadari oleh bangsa Indonesia yang sudah banyak tertinggal dari negara tetangga terutama dalam bidang teknologi.

Bangsa Indonesia harus meningkatkan kemampuan di berbagai bidang dalam rangka menghadapi persaingan global. Kemampuan teknologi yang diikuti kemampuan bahasa asing merupakan salah satu kunci keberhasilan suatu bangsa. Tetapi dalam menghadapi perkembangan zaman Indonesia mempertimbangkan dampak negatifnya disamping mengejar ketertinggalan di bidang Iptek.
Nasionalisme yang sudah diajarkan sekian tahun bisa pudar jika pengetahuan dan kesadaran akan sejarh bangsanya sangat minim. Sejarah bangsa perlu diperhatikan oleh para penerus bangsa untuk tetap mempertahankan nasionalisme. Bagaimanapun bangsa termasuk Indonesia sangat mendambakan generasi yang cerdas, jujur, ulet, bijaksana, mampu bersaing, tidak picik dan cinta tanah air.

Penulis melihat pentingnya pendidikan sejarah dan ada keterkaitan antara sejarah dan globalisasi. Sejarah akan menentukan manusia yang cerdas yaitu manusia yang bisa mengikuti perkembangan zaman dan bermoral baik.

Permasalahan Studi Sejarah
Penyampaian nilai- nilai sejarah di sekolah- sekolah menemui kesulitan. Kesulitan- kesulitan itu terletak pada guru, siswa dan pandangan- pandangan masyarakat. Masyarakat umum sering menganggap bahwa sejarah merupakan pelajaran hafalan yang membosankan. Padahal sejarah mampu membentuk manusia bijaksana jika disampaikan dengan baik dan dapat diterima dengan baik pula oleh siswa. Sejarah memiliki pesan- pesan moral dan unsur- unsur seni.

Kedudukan Ilmu Sejarah
Pendidikan di Indonesia telah dikenal sejak masa perkembangan Hindu- Budha serta Islam. Menurut catatn sejarah, orang Indonesia mengenal tulis baca pada abad ke-4 yaitu pada masa kerajaan- kerajaan Hindu.[2] Dengan ditemukannya Prasasti Kutai.

Manusia perlu dididik agar potensi yang dimiliki dapat berkembang dan tumbuh secara lancar dan terarah. Adapun pendidikan memiliki fungsi mikro dan makro. Secara mikro pendidikan berfungsi secara sadar perkembangan jasmani dan rohani peserta didik. Sedangkan secara makro pendidikan berfungsi sebagai pengembangan pribadi, warga negara, kebudayaan dan bangsa.
Fungsi pendidikan sebagai pengembangan diri, warga negara dan bangsa sangat erat kaitannya dengan sejarah karena sejarah mengajarkan nilai- nilai dan pesan moral di dalamnya.

Pasang surut pelajaran sejarah yang terkadng berdiri sendiri, dipadu dengan kewarganegaraan, IPS bahkan pernah menjadi mata pelajaran tersendiri studi tentang sejarah hampir tidak ada peminatnya. Setidak- tidaknya ada tiga komponen yang menyebabkan [engajaran sejarah kurang efektif. Ketiga komponen itu diungkapkan Prof. Ahmad Syafii Maarif dalam buku Islam dan Kekuatan Doktrin dan Keagamaan Umat, meliputi :

Pertama, komponen tenaga pengajar sejarah yang umumnya miskin wawasan kesejarahan sebagai akibat kekurangmampuan dalam penguasaan bahasa asing. Pengajar sejarah harus “ bertelinga ke bumi” yaitu pengajar sejarah harus kaya informasi, tidak hanya masa lalu tapi juga masa kini.

Kedua, komponen buku teks pelajaran sejarah. Buku teks sejarah hamper tidak ada yang memakai pendekatan moral saintifik terhadap pelajaran sejarah bangsa kita. Selain itu buku yang digunakan di Indonesia misalnya Sejarah Nasional Indonesia yang terdiri dari 6 jilid atau “buku babon” bisa menimbulkan kecenderungan ‘memberhalakan” masa lampau suatu bangsa bila tidak hati- hati. Sebenarnya buku tersebut cukup membantu dalam proses pengajaran sejarah meski lebih Indonesia sentries.

Ketiga, komponen peralatan pengajaran sejarah seperti audiovisual, peta sejarah, maket bangunan penting, slide, film sejarah dan sebagainya.
Akibat dari pengajaran sejarah yang tidak eektif adalah tidak sampainya nilai- nilai yang tersirat dalam peristiwa sejarah sehingga misi sejarah untuk membentuk kepribadia  manusia Indonesia bisa tersendat- sendat.

Metode Pengajaran Sejarah
Globalisasi sebenarnya sudah terjadi sejak pertengahan tahun 60-an sampai sekarang. Selanjutnya proses globalisasi semenjak tahun 90-an sampai sekarang maupun mendatang diperkirakan bertambah cepat sehingga oleh John Naisbii disebut sebagai era globalisasi.[3]

Globalisasi memungkinkan bagi pemuda untuk terus menggali ilmu- ilmu dari barat sehingga dapat mempengaruhi tingkah laku dan pola pikirnya. Di sini sejarah harus turuntangan agar kerapuhan para masyarakat tidak menjadi kenyataan di masa depan. Salah satu cara penemuan dan pemahaman nilai sejarah ditentukan oleh  proses pembelajarannya. Proses pembelajaran berkaitan erat dengan pendekatan dan metode pembelajarannya.

Langkah- langkah mengajar dimulai dengan membuat lesson plan.[4] Langkah ini dibuat sebelum mengajar. Macamnya ditentukan banyak hal seperti tujuan pengajaran, kemampuan guru, alat yang tersedia, waktu, tempat, dll. Namun ada teori dasar dalam membuat lesson plan yang dikemukakan oleh Robert Glaser.

Teori Glaser meliputi 4 langkah dalam membuat lesson plan yaitu :
1.       Merumuskan tujuan
2.       Entering behavior yaitu bagaimana guru memulai pengajaran
3.       Teaching steps. Langkah mengajar dalam pengajaran keterampilan akan berbeda- beda dengan langkah- langkah pengajaran kognitif.
4.       Evaluasi.

Setelah membuat lesson plan dan factor- factor yang harus diketahui seorang guru sejarah bisa mengajar secara efektif dan efisien. Pengajaran yang efektif artinya pengajaran yang dipahami murid secara sempurna. Dalam ilmu pendidikan sering juga dikatakan bahwa pengajaran yang tepat ialah pengajaran yang berfungsi pada murid artinya menjadi milik murid, pengajaran itu membentuk dan mempenaruhi pribadinya.[5]

Perlu ditegaskan bahwa pengajaran sejarah tidak diragukan lagi merupakan sarana- sarana efektif untuk mengukuhkan bangunan jati diri bangsa dengan syarat bila sejarah itu terpegang di tangan mereka “yang bertelinga ke bumi”.

Berikut ini  beberapa metode yang dapat dipilih guru sejarah dalam pembelajaran sejarah.
1.       Metode ceramah
2.       Metode diskusi
3.       Metode inquiry
4.       Metode widya wisata
5.       Metode oral history

Sejarah : Kenyataan dan Harapan
Pelajaran sejarah seakan-akan menjadi pelajaran tentang hal- hal kuno. Begitulah kenyataan yang melekat pada masyarakat tentang pnegertian sejarah yang salah kaprah. Dari pengertian yang slah kaprah itu maka guru sejarah maupun sejarawan harus menganalisa penyebabnya dan penyelesaiannya.

Masalah tentang sejarah sebagai pelajaran yang membosankan dapat dikaji dari beberapa segi. Pertama, metode pembelajaran yang diberlakukan oleh seorang guru yang tidak tepat sebagai akibat terlalu menyepelekan sejarah. Pelajaran dianggap bisa diajarkan oleh siapa saja karena hanya berisi tentang cerita. Namun keawaman terhadap makna sejarah bukan hanya dari satu masyarakat tapi juga komponen sekolah yang menempatkan guru bidang studi lain sebagai pengajar sejarah.

Guru sejarah harus berpendidikan yang sesuai karena dengan begitu maka guru tersebut bisa meluruskan pandangan/ pendapat dalam masyarakat yang salah. Dalam sejarah terdapat unsur- unsur seni karena sejarah bisa disusun dalam bentuk novel tanpa mengurangi nilai historisnya.
Pelajaran sejarah yang disampaiakn seorang guru sejarah yang berwawasan sejarah yang luas dan dengan metode yang tepat akan menghasilkan manusia yang cerdas, jujur, bijaksana, ulet dan cinta tanah air. Dengan kata lain, guru sejarah bisa mengubah siswa kea rah yang lebih baik melalui nilai- nilai yang terkandung dalam sejarah. Sopochles mengungkapkan “ a sensible man judges of present by past event” yaitu orang yang sadar menilai masa sekarang melalui peristiwa- peristiwa masa lampau.

Sedangkan Cicero berpendapat “ history in indeed the witness of the times, the light of truth” yaitu sejarah merupakan penyaksi waktu, cahaya kebenaran. Sejarah bukan hanya masa lalu tetpi juga sekarang dan masa yang akan datang. Peristiwa- peristiwa yang terjadi sekarang akan menjadi sejarah di masa mendatang.

Dengan adanya pelurusan dari guru sejrah terhadap pandangan salah tentang sejarah, maka sedikit demi sedikit siswa akan tertarik untuk mempelajari sejarah pada tingkat pendidikan tinggi seperti perguruan tinggi.
Tentunya berkembangnya pandangan positif akan keberadaan pelajaran sejarah bukan hanya menjadi tanggungjawab guru tetapi juga mahasiswa dari jurusan sejarah maupun siswa- siswa yag sudah mengetahui sejarah secara benar.



[1][1] Dochak Latief, Prof. Dr. 1998. Pendidikan Ekonomi dan Kualitas Manusia Indonesia pada Era Persaingan Global. Yogyakarta: Majelis Pustaka PP Muhmmadiyah, hal. 70
[2] Tim pengembangan MKDK IKIP Semarang. 1991. Dasar- dasar Pendidikan. Semarang : IKIP Semarang Press
[3] Dochak, Latief. Ibid., hal. 70
[4] Ahmad Tafsir. 1998. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
[5] Ibid., hal. 10

No comments:

Post a Comment