Sunday, June 11, 2023

Cerita Anak| Semangka Biji Emas

 

Ilustrasi: dokpri
Ilustrasi: dokpri 

Teman-teman pasti ingat kisah Timun Emas. Di mana Timun Emas adalah seorang anak perempuan yang berasal dari biji timun. Timun Emas dirawat oleh seorang perempuan yang mendambakan kehadiran seorang anak. Ternyata perempuan itu mendapatkan timun emas setelah bermimpi bertemu dengan raksasa.

Si raksasa meminta perempuan itu untuk menyerahkan Timun Emas saat usia menginjak dewasa. Timun Emas dewasa akan dimakan raksasa.

Perempuan itu menyanggupi. Namun pada akhirnya perempuan itu ingin terus bersama Timun Emas. Timun Emas menemui petapa tua untuk membebaskannya dari ancaman raksasa.

Oleh Petapa, Timun Emas diberi empat bungkusan yang berisi biji timun, garam, jarum dan terasi. Bungkusan itu digunakan untuk bebas dari raksasa.

Saat raksasa ingin menangkap Timun Emas, dilemparkannya biji timun. Dengan cepat, biji tumbuh menjadi tumbuhan di mana tumbuhan itu bisa melilit raksasa. Namun, raksasa bisa bebas dan mengejar Timun Emas.

Timun Emas melempar garam ke arah raksasa. Dan ajaib! Garam itu menjadi lautan. Lagi-lagi raksasa bisa melalui lautan dan mengejar Timun Emas.

Merasa ancaman masih mengintainya, Timun Emas melempar jarum. Jarum itu menjadi pohon yang lancip dan mengenai kaki raksasa.

Raksasa terus mengejar Timun Emas. Lalu Timun Emas melempar terasi. Terasi itu menjadi lautan lumpur. Nasib Raksasa berakhir di lumpur tadi.

Seru ya ceritanya!

Lalu sekarang aku akan ceritakan tentang Semangka Emas. Simak baik-baik ya!

Seorang anak dengan pakaian lusuhnya berjalan menyusuri hutan kayu putih. Dibawanya satu bongkok (ikat) kayu bakar kering. Kayu-kayu itu diperoleh dari hutan jati yang jatuh di sekitar sana.

Saat berjalan itu, tiba-tiba dia melihat seorang nenek yang berada di depan rumah sederhana.

"Hai, anak baik hati," sapa nenek tadi.

"Iya, nek. Ada apa ya?" Tanya anak itu sambil mendekati nenek.

"Aku mau memasak lauk untuk cucu-cucuku. Tetapi kayu bakarku habis. Bolehkah aku mengganti kayu bakar yang kau bawa itu dengan semangka?" Tanya nenek itu dengan suara pelan.

Anak itu kebingungan. Dia harus melakukan apa. Di rumah, persediaan kayu bakar juga menipis. Tetapi ada nenek yang membutuhkan kayu bakar. Sementara dia mendengar anak-anak menangis.

"Dengarlah, nak. Tangisan itu adalah suara cucu-cucuku yang kelaparan," ucap nenek itu.

Nenek itu lalu ke dalam rumah. Kemudian keluar dengan membawa semangka yang cukup besar. Anak itu membayangkan betapa segarnya kalau makan semangka setelah makan nasi. Tetapi, dia ingat akan persediaan kayu bakar di rumah yang sedikit. 

"Bukankah aku bisa mencari kayu bakar lagi besok?" Batin anak itu.

Akhirnya anak itu merasa tak tega dengan suara anak-anak yang dia kira seusia dengan adik bungsunya. Anak itu menerima tawaran nenek-nenek itu untuk menukar kayu bakar dengan sebuah semangka.

Nenek itu sangat bahagia dan berterima kasih kepada anak itu.

"Sebelum kamu pulang, tolong ingat pesan nenek ya, nak. Semangka ini jangan sampai kau jual. Kamu harus bawa semangka ini sampai rumah. Nanti kalau kau memotong semangka ini, biji-bijinya kamu kumpulkan. Lalu tanamlah semua biji semangka di sekitar rumahmu. Akan ada satu semangka berbiji emas di antara semangka yang berbuah dari tanaman semangkamu nanti. Itu bisa kau gunakan untuk kebutuhanmu dan keluargamu," nasehat nenek itu.

"Ya, nek. Saya pamit dulu ya. Keburu Maghrib," anak itu bersalaman dengan si nenek dan bergegas pulang.

***

Malam harinya, di rumah, anak itu berkumpul dengan ibu dan adiknya. Bapak belum pulang dari surau.

Sambil menunggu bapak pulang dan makan malam, anak itu bercerita tentang kejadian saat pulang dari hutan jati di kampung sebelah.

"Apa benar kalau nanti akan tumbuh semangka berbiji emas ya, Bu?"

Ibu tersenyum. 

"Tak perlu dipikirkan, nak. Semangka kalau bijinya ditanam lagi ya akan tumbuh semangka yang kamu peroleh."

"Tapi, nenek itu berpesan agar tidak menjual semangka ini, Bu".

"Ya maksud nenek itu, kita disuruh makan semangka dan mengumpulkan bijinya. Lalu ditanam. Kalau sudah tumbuh dan berbuah, semangka itu dijual. Baru bisa digunakan untuk membeli emas".

Masuk akal juga ucapan ibu tadi.

Tak berapa lama bapak sampai rumah. Mereka segera mengaji dan dilanjutkan makan malam. Setelah makan malam, semangka tadi dipotong-potong ibu.

Seperti bayangan anak tadi, semangka itu sangat segar dan manis. Ibu, ayah dan adik-adiknya sangat menyukainya. Anak itu sangat bersyukur karenanya. Tak lupa anak itu mengumpulkan biji-biji semangka. Dia mau menanamnya di tanah sekitar rumah. Biar kalau berbuah, mereka bisa menikmati lagi.

***

Beberapa bulan kemudian, pekarangan di sekitar rumah anak itu sudah tumbuh subur tanaman semangka. Bahkan sudah mulai berbunga dan berbuah dengan ukuran kecil. 

Anak itu sangat senang melihat tanamannya subur. Dia berharap, semangka nanti bagus panennya. Bisa dijual di pasar.

Sayangnya saat buah semangka semakin besar, dia merasa buah-buah semangkanya berkurang satu demi satu. Entah siapa yang mengambilnya. Tentu saja anak itu sedih. Keluarga mereka belum menikmati buah hasil budidaya mereka, malah dicuri orang.

"Sudahlah, nak. Nggak apa-apa. Kalau rezeki, kita akan menikmatinya," nasehat ibu lembut.

"Tapi harusnya bisa kita jual kan, Bu?" Anak itu sedikit protes. Dia tidak terima kalau buah semangka keluarganya diambil orang tanpa izin.

"Biar yang nyuri dapet dosanya ya, nak".

Anak itu mengangguk. Dilihatnya beberapa buah semangka besar yang tersisa.

"Semangka-semangka yang tersisa kita panen saja ya, Bu."

Ibu menyetujui usul anak itu. Semangka itu tidak dijual, tetapi mau dimakan sekeluarga.

"Apa semangka kita dicuri karena tersiar kabar kalau ada satu buah semangka emas yang tumbuh dari tanaman kita ya, Bu?" Memang di kampung mereka ada kabar kalau semangka di kebun anak itu ada yang berbiji emas. Entah siapa yang mendengar obrolannya dengan keluarga.

"Bisa saja seperti itu, nak. Tapi selama beberapa hari ini tidak ada kabar kalau ada yang punya emas dari semangka kan?"

Anak itu membenarkan ucapan ibunya.

***

Sampai tersisa satu buah semangka, anak itu beserta keluarga juga tak menemukan biji emas di antara buah-buah semangka yang dimakannya. Biji-biji semangka juga sama wujudnya seperti biji-biji semangka yang ditanamnya dahulu.

Anak itu semakin yakin kalau memang sebenarnya semangka biji emas hanya ungkapan saja kalau mereka bisa mendapat kemuliaan dari semangka itu karena mau berusaha dan bisa menjualnya.

Anak itu yakin kalau nanti saat menanam semangka lagi, nantinya akan menjual semangka ke kota. Dia dan keluarganya bisa mendapatkan emas atau kemuliaan dari kegiatan itu.  

***

Saat malam tiba, mereka akan memotong semangka lagi setelah makan malam. Mereka tak merasakan kecewa lagi karena kehilangan buah semangka yang cukup banyak.

Ibu mengambil semangka yang tersisa. Lalu dipotongnya buah semangka menjadi dua bagian. Dua bagian itu dipotong lagi dengan ukuran kecil.

Ibu merasa agak aneh dengan semangka terakhir. Kalau dilihat warna semangkanya memang merah merona, seperti semangka sebelumnya. Tetapi yang agak aneh, bijinya berwarna kuning keemasan.

Ibu segera memanggil ayah dan anak itu.

Ayah dan anak itu juga sangat terkejut melihat biji semangka terakhir milik mereka. Warnanya kuning keemasan.

"Allahuakbar. Ini benar-benar emas, Bu! Alhamdulillah" seru bapak.

Sejak saat itu, mereka lebih rajin dalam merawat tanaman semangka yang ditanam dari biji-biji yang dikumpulkan. Mereka tak berharap mendapat semangka berbiji emas lagi. Mereka sadar, bisa saja besok saat memanen lagi, semangka akan berwujud semangka seperti pada umumnya.



Branjang, 10-11 Juni 2023


No comments:

Post a Comment