Friday, January 25, 2019

Cerpen | Belanja Rasa Politik

Ketika Noni berbelanja di sebuah warung, dia memilih kebutuhan anaknya yang masih bayi. Sabun bayi, shampoo baby, sabun cuci sekiloan tambah camilan dan wafer tanpa merk terkenal.

Barang belanjaan itu diserahkan kepada si empunya warung untuk dihitung. Total uang yang harus dibayarkan 54.000.

"50.000 cuma dapet segini ya, mbak", begitu ucap pak Kar berkomentar.

"Iya, pak. Mau gimana lagi. Wong cilik ya manut aja kalau harga naik. Ini kalau di kampanye bisa dibilang hoax...", Komentar Noni.

Meski tak berpendidikan tinggi namun Noni tak mau ketinggalan menyaksikan berita di televisi maupun androidnya. Segala isu politik diketahuinya.

"Tapi kalau sejak pak SBY sampai sekarang harga tetap stabil ya,mbak...", Ucap pak Kar.

"Ya ada yang stabil, ada yang tidak, pak. Njenengan hafal sendiri...", Komentar Noni.

"Iya. Trus orang mau jadi PNS zaman sekarang kok ya sulit ya, mbak. G kayak dulu, lulusan SMA bisa jadi guru PNS..."

"Ya kita manut saja, pak. Zaman dulu pengangkatan CPNS memang mudah, bahkan ada yang dari jalur pemberkasan GTT. Pas pemerintah SBY ya, pak kalau yang banyak dan mudah dalam pengangkatan CPNS...", Goda Noni kepada Pak Kar. Pak Kar jadi bingung sendiri untuk berkomentar.

Meski tak begitu tahu bagaimana cara seleksi CPNS, dia hanya dengar dari guru kelas Dino, anaknya. Maklumlah buruh seperti dirinya tak bakalan jadi pegawai negeri. Dia hanya diceritai Bu Sari yang ikut seleksi CPNS tahun ini.

Noni sadar kalau dia dan pak Kar berbeda pandangan dalam menanggapi kondisi yang ada. Yang Noni pegang teguh, kalau kodratnya manusia berbeda, kenapa harus saling mencela?

Menyukai seorang tokoh politik tak harus membutakan sisi positif dan negatif. Kesempurnaan hanya dimiliki Allah. Noni hanya berharap Indonesia bisa menjadi negara yang maju. Tak banyak pengangguran, aman, sentausa, rakyat kecil seperti dirinya sejahtera, pendidikan maju. Itu saja harapan rakyat kecil seperti Noni.

---
Inspirasi cerita yang saya saksikan ketika berbelanja kemarin. Ada seorang pembeli yang ngobrol dengan penjualnya. Cerita ini bertujuan untuk mengedukasi untuk saling menghormati, dan melihat sisi baik-buruk secara seimbang pada diri capres-cawapres yang berkompetisi di Pemilu 2019.


---
Repost dari Sini

No comments:

Post a Comment