Beberapa hari yang lalu setelah berbagai musibah terjadi di Indonesia, saya mendapatkan kiriman gambar (meme) dari teman tentang pernyataan KHA Dahlan berkaitan dengan musibah dan pemimpin.
Isinya kurang lebih seperti ini, “PESAN KH. AHMAD DAHLAN 1 ABAD YANG LALU” tersebut menyatakan, “Perhatikanlah alam dan bangsamu, jika disuatu bangsa yang beriman, mereka mengaku sebagai pemimpin yang baik, namun jika terjadi kerusakan akibat bencana alam yang berturut-turut, maka itu pertanda rusak pemimpin mu. Jika rusak pemimpin mu maka rusaklah tatanan masyarakat mu, mereka saling memfitnah, saling menghujat, saling mencela tak bisa terhindarkan, di saat itu Allah memberi peringatan bagimu dengan berupa musibah yang tiada henti.
Teman saya menanyakan itu hoax atau bukan. Saya sendiri kurang tahu tentang pernyataan KHA Dahlan tersebut. Saya tak berani mengatakan itu benar atau tidak. Meski saya menjadi guru di persyarikatan Muhammadiyah dan pernah belajar di program studi Sejarah tapi saya belum pernah membaca pernyataan tersebut.
Akhirnya saya browsing di internet. Alhamdulillah saya mendapatkan link dari Suara Muhammadiyah. Dari link yang terposting pada tanggal 12 Oktober 2018 pukul 16:12 saya mendapatkan beberapa informasi.
Pertama, adanya penafsiran yang mengatasnamakan KHA Dahlan bahwa Indonesia diberi peringatan oleh Allah karena banyak berita hoax yang saling menfitnah dan mencela satu sama lain.
Prof Yunahar Ilyas, Ketua PP Muhammadiyah Bidang Tarjih dan Tajdid, menegaskan bahwa pernyataan tersebut belum terverifikasi keluar dari mulut KHA Dahlan. Yunahar kemudian mengutip sebuah hadits riwayat Bukhari. Dalam hadits tersebut, Nabi Muhammad menyatakan jika amanat telah disia- siakan, tunggu saja kehancuran terjadi. Tetapi kehancuran yang dimaksud di sini adalah dalam artian luas. Tidak secara spesifik menyatakan bencana alam. Kerusakan atau kekacauan di semua bidang, menurut sunnatullah, terjadi ketika sesuatu tidak sebagaimana mestinya prinsip keharmonisan semesta.
Beberapa waktu sebelumnya, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengingatkan bahwa bencana alam bisa saja terjadi karena keadaan alam yang mengharuskan terjadinya pergerakan yang tidak seperti biasanya. Hal itu dapat dijelaskan menurut sains secara objektif.
Kedua, Pernyataan yang Benar dari Kiai Dahlan dan Konteksnya. Dalam buku karya KRH Hadjid, Pelajaran Kiai Haji Ahmad Dahlan 7 Falsafah & 17 Kelompok Ayat Al-Qur’an (2018), terbitan Suara Muhammadiyah. Pada halaman 59 buku tersebut, Kiai Hadjid mengutip pernyataan Kiai Dahlan sebagai berikut;
“Apabila pemimpin-pemimpin negara dan para ulama itu baik, maka baiklah alam; dan apabila pemimpin-pemimpin negara dan para ulama itu rusak, maka rusaklah alam dan negara (masyarakat dan negara).” Kalimat di dalam kurung seolah menegaskan bahwa alam yang dimaksud adalah alam sosial atau masyarakat.
Konteksnya, sebagaimana dijelaskan Kiai Hadjid, terjadi pada bulan Maulud tahun 1335 Hijriyah. Waktu itu di hadapan para penghulu, ketib (khatib), ulama, kiai, dan tokoh agama di serambi Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta, Kiai Dahlan menerangkan kitab Hidayatul Bidayah karangan Imam Ghozali, tentang kerusakan umat Islam dan sifat-sifat ulama suu’ (ulama yang busuk).
Kiai Dahlan mengajak para pemuka agama yang hadir untuk melakukan instrospeksi diri. Tidak saling menuduh dan menunjuk tokoh agama selain dirinya sebagai ulama suu’ dan menganggap dirinya sendiri sebagai orang suci. Kiai Dahlan melanjutkan uraiannya dengan mengutip pernyataan Imam Ghozali, bahwa kerusakan rakyat disebabkan oleh kerusakan para raja atau pemimpin, dan kerusakan pemimpin adalah karena kerusakan ulama. Kerusakan ulama ini terjadi ketika ulama sudah menjilat dan tidak lagi berani memberi nasehat kepada pemimpin yang telah melenceng. Lalu Kiai Dahlan mengajak para ulama dan pemuka agama yang hadir untuk bertaubat dan memohon ampun kepada Allah.
Beberapa waktu sebelumnya, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengingatkan bahwa bencana alam bisa saja terjadi karena keadaan alam yang mengharuskan terjadinya pergerakan yang tidak seperti biasanya. Hal itu dapat dijelaskan menurut sains secara objektif.
Kedua, Pernyataan yang Benar dari Kiai Dahlan dan Konteksnya. Dalam buku karya KRH Hadjid, Pelajaran Kiai Haji Ahmad Dahlan 7 Falsafah & 17 Kelompok Ayat Al-Qur’an (2018), terbitan Suara Muhammadiyah. Pada halaman 59 buku tersebut, Kiai Hadjid mengutip pernyataan Kiai Dahlan sebagai berikut;
“Apabila pemimpin-pemimpin negara dan para ulama itu baik, maka baiklah alam; dan apabila pemimpin-pemimpin negara dan para ulama itu rusak, maka rusaklah alam dan negara (masyarakat dan negara).” Kalimat di dalam kurung seolah menegaskan bahwa alam yang dimaksud adalah alam sosial atau masyarakat.
Konteksnya, sebagaimana dijelaskan Kiai Hadjid, terjadi pada bulan Maulud tahun 1335 Hijriyah. Waktu itu di hadapan para penghulu, ketib (khatib), ulama, kiai, dan tokoh agama di serambi Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta, Kiai Dahlan menerangkan kitab Hidayatul Bidayah karangan Imam Ghozali, tentang kerusakan umat Islam dan sifat-sifat ulama suu’ (ulama yang busuk).
Kiai Dahlan mengajak para pemuka agama yang hadir untuk melakukan instrospeksi diri. Tidak saling menuduh dan menunjuk tokoh agama selain dirinya sebagai ulama suu’ dan menganggap dirinya sendiri sebagai orang suci. Kiai Dahlan melanjutkan uraiannya dengan mengutip pernyataan Imam Ghozali, bahwa kerusakan rakyat disebabkan oleh kerusakan para raja atau pemimpin, dan kerusakan pemimpin adalah karena kerusakan ulama. Kerusakan ulama ini terjadi ketika ulama sudah menjilat dan tidak lagi berani memberi nasehat kepada pemimpin yang telah melenceng. Lalu Kiai Dahlan mengajak para ulama dan pemuka agama yang hadir untuk bertaubat dan memohon ampun kepada Allah.
Sekali lagi, kiai Dahlan berbicara di hadapan pemuka agama supaya mereka sebagai pemimpin agama bisa memperbaiki diri dan masyarakatnya, termasuk di dalamnya memberi nasehat secara santun dan bijak kepada para pemimpin bangsa.
Dalam buku tersebut Kiai Hadjid menyatakan, “Kiai Dahlan mengajak untuk memperbaiki diri sendiri terlebih dahulu, sebelum mengajak orang lain, atau sambil mengajak orang lain dan sambil memperbaiki masyarakat, mulai dari mendidik perseorangan serta membersihkan dirinya sendiri. Itulah cara yang dikerjakan oleh beberapa atau para rasul (yang ditiru oleh Kiai Dahlan).”
Dalam buku tersebut Kiai Hadjid menyatakan, “Kiai Dahlan mengajak untuk memperbaiki diri sendiri terlebih dahulu, sebelum mengajak orang lain, atau sambil mengajak orang lain dan sambil memperbaiki masyarakat, mulai dari mendidik perseorangan serta membersihkan dirinya sendiri. Itulah cara yang dikerjakan oleh beberapa atau para rasul (yang ditiru oleh Kiai Dahlan).”
Jadi ada baiknya kita tak menshare yang belum tentu benar. Agar tidak menyebabkan polemik di kalangan masyarakat atas musibah yang terjadi.
No comments:
Post a Comment