Thursday, October 15, 2020

Menjadi Penderita Gerd Anxiety: Mimpi tetapi Itu yang Terjadi

ilustrasi: intisari.grid.id


Lebih dari sebulan saya merasa tersiksa karena asam lambung tinggi. Dalam dunia medis sering dikenal Gerd. Di mana asam lambung naik hingga kerongkongan karena katup esofagus mengalami "kebocoran" dan menyebabkan sensasi asam di mulut.


Tak hanya itu, sensasi lain yang saya rasakan adalah rasa terbakar pada ulu hati. Saat merasakan pertama kali rasanya sangat takut juga. "Kenapa dadaku rasanya terbakar?" 


Saat itu juga keringat dingin membanjiri tubuh. Sungguh tak terkira rasanya. Penderita gerd pasti semua merasakan hal yang sama. Seolah mau mati. 


Ketika periksa ke dokter spesialis, dokter dengan santai mengatakan bahwa memang seperti itu kalau lambung bermasalah. Padahal saya waktu itu sempat khawatir kalau kena penyakit lainnya. Mengingat tanda-tanda yang hampir sama.


Sebelum ke dokter spesialis, saya sempat periksa di klinik terdekat. Ketika periksa di klinik, dokter mendiagnosis bahwa saya kena asam lambung tinggi, saya agak lega. Tiga hari kondisi saya membaik. Namun kesalahan saya, saya langsung ngamuk makan. 


Penderita asam lambung tidak boleh makan terlalu banyak. Porsinya sedikit tetapi sering dilakukan. Harusnya seperti itu. Karena saya menganggap bahwa saya asam lambung biasa, jadi makan banyak dengan lauk pantangan.


Alhasil, derita asam lambung tinggi lama sekali saya rasakan. Akhirnya saya menjadi stress, panik, cemas. Dunia kedokteran menyebutnya Anxiety. Anxiety merupakan keadaan di mana fisik seolah biasa saja namun psikis sangat tertekan dan tersiksa karena derita sakit ---sensasi panas, keringat dingin, sesak napas, dan sebagainya--- yang tak kunjung hilang atau sembuh. 


Dari Anxiety ini akhirnya membuat asam lambung tinggi berkepanjangan. Akibatnya saya harus bolak-balik ke klinik. Dan akhirnya saya ke dokter spesialis penyakit dalam karena keluhan tak kunjung reda.


Sebelum ke dokter spesialis penyakit dalam, saya ke klinik empat kali. Periksa dan kontrol ke dokter spesialis penyakit dalam sampai saat ini saya lakukan empat kali. Rencana saya tetap akan menuntaskan pengobatan demi anak dan suami.


Ya karena gerd Anxiety, saya hampir menelantarkan mereka. Saya sibuk dengan rasa sakit dan pengobatan. Tentu sebagai ibu, saya menangis juga. Apalagi jika melihat si bungsu yang sedang aktif dan minta perhatian khusus, jadi agak jauh dengan saya.


Sungguh, menjadi penderita gerd Anxiety adalah sebuah mimpi buruk yang memang terjadi. Namun saya harus berjuang mengalahkan ketakutan, kecemasan akibat sakit yang saya derita.

No comments:

Post a Comment