Saya Guru Seperti Apa di Mata Siswa?
Untuk kesiapan para guru dalam memberlakukan Kurikulum Merdeka di sekolah masing-masing maka para guru harus mempelajari modul dari aplikasi Merdeka Mengajar. Ada banyak materi yang disampaikan dalam bentuk video, file.
Pada aplikasi Merdeka Mengajar, juga ada banyak refleksi yang harus dituliskan oleh guru, setelah selesai menyimak video dan latihan pemahaman. Kali ini yang saya ulas adalah sebuah pertanyaan, guru seperti apa Anda di mata murid-murid Anda?
Untuk menjawab pertanyaan itu gampang-gampang susah. Menilai diri sendiri itu sulit. Yang mudah malah menilai orang lain. Karenanya, saya mencoba menjawab refleksi itu dengan uraian berikut.
Zaman selalu berubah. Guru harus bisa menjadi fasilitator bagi siswa dalam belajar. Guru bukan lagi sebagai penentu bagaimana siswa belajar. Sebaliknya, siswa diberi kebebasan untuk belajar sesuai kemampuan dan potensinya.
Sesuai pengalaman saya, dalam pembelajaran saya melakukan berbagai metode yang bisa mengasah potensi siswa. Mengajak siswa mengamati awan, alam, bebatuan di sekitar agar pembelajaran tidak monoton.
Dengan pembelajaran yang kreatif, akan membuat siswa merasa senang belajar. Mereka tidak merasa terkekang oleh metode ceramah guru.
Kemudian karya siswa, apapun hasilnya saya pajang di dinding kelas. Tujuannya agar para siswa merasa dihargai dan termotivasi untuk belajar lebih baik ke depannya.
Karya yang terbaik diberi apresiasi tanda bintang. Itu akan membuat siswa begitu terkesan. Saya bersyukur, para siswa ada yang termotivasi membuat karya sendiri di rumah dan memajangnya di dinding kamar. Entah itu cerita pengalaman, puisi, gambar dengan tema tertentu meski waktu itu siswa tersebut masih kelas III SD. Saya mengetahui itu dari cerita ibunya.
Alhamdulillah. Bahagia mendengar cerita itu. Jadi kiranya seperti itulah saya di mata siswa. Meski tak semua menilai seperti yang sudah saya tuliskan. Yang jelas, saya selalu belajar untuk menjadi lebih baik dari waktu ke waktu.
Dalam hal mengarahkan siswa pun tak luput dari penilaian siswa. Saya berusaha ramah, dan menjadi guru yang sabar. Namun terkadang ada rasa kesal saat berhadapan dengan siswa yang perilakunya tidak bisa ditolerir.
Belum lama, saya menegur seorang siswa—saya mengajar siswa kelas IV—. Siswa ini termasuk siswa yang aktif dalam pembelajaran. Saking aktifnya, setiap saya membuka pembelajaran, saya baru bicara, siswa tadi ikut bicara. Saya tentu menegurnya karena mengganggu temannya. Ada saja celotehan dari bibirnya. Ya sudah, saya tak terpancing dengan ulahnya.
Namun kemarin, siswa tersebut berulah. Ya biasa. Dia gojek atau bercanda dengan temannya. Kebetulan waktu bercanda mereka berada di depan meja guru. Tanpa sengaja saya melihat siswa itu membuka rok temannya.
Saya langsung menyebut nama siswa itu. Saya memintanya duduk dan mengalirlah nasehat dari saya. Suasana hening. Untuk waktu itu baru pertama kali siswa diam saat saya menasehati di kelas.
Saya meminta siswa tadi agar tidak mengulangi lagi perilakunya. Dia harus menghormati teman dan bersikap sopan. Percuma kalau pintar dan cerdas tapi tidak memiliki kesopanan dalam kesehariannya.
Tak lama, seorang siswi berkomentar, "Bu Jora bisa marah juga ternyata."
Maksud siswi tadi mungkin saya bisa tegas dalam menyikapi perilaku siswa. Apapun saya lakukan demi anak didik. Mereka mungkin belum hafal dengan karakter saya. Maklum saya belum lama mengajar di instansi baru. Kalau di sekolah lama, semua siswa hafal bagaimana saya.
Demi kemajuan anak didik dan bangsa serta negara, saya mengajar, mendidik dan memfasilitasi siswa. Semoga mereka semua sukses dunia-akhirat.
Branjang-Melikan, Juli 2022
No comments:
Post a Comment