Menjelang hardiknas pada tahun 2013 ini ada baiknya sebagai
pendidik memikirkan dan selalu berusaha agar anak didik mendapatkan haknya
dalam bidang pendidikan. Hal ini karena para anak didik adalah generasi penerus
bangsa dan calon pemimpin yang harus cerdas lahir dan batin. Dari waktu ke
waktu pendidik selalu memiliki tantangan dari peradaban yang semakin maju. Para
pendidik masa kini juga harus mengingat beratnya perjuangan para pendahulunya.
Dalam bidang pendidikan, Indonesia memiliki Ki Hajar Dewantara, sebagai bapak
pendidikan. Sedangkan untuk kalangan Muhammadiyah ada KH Ahmad Dahlan yang
juga turut memajukan pendidikan.
Sejarah Singkat Ki Hajar Dewantara[1]
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (EYD: Suwardi
Suryaningrat, sejak 1922 menjadi Ki
Hadjar Dewantara, EYD: Ki Hajar
Dewantara, beberapa menuliskan bunyi bahasa Jawanya dengan Ki Hajar
Dewantoro; lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889 – meninggal
di Yogyakarta, 26 April
1959 pada umur 69 tahun.
Ia menamatkan pendidikan dasar di ELS (Sekolah Dasar Eropa/Belanda).
Kemudian sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai tamat
karena sakit. Kemudian ia bekerja sebagai penulis dan wartawan
di beberapa surat kabar, antara lain, Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Pada 3 Juli
1922 Ki Hajar Dewantara
mendirikan Nationaal Onderwijs
Instituut Tamansiswa atau Perguruan Nasional Tamansiswa, dengan semboyan dalam
bahasa Jawa
berbunyi ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani.
("di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi
dorongan"). Semboyan ini masih tetap dipakai dalam dunia pendidikan rakyat
Indonesia, terlebih di sekolah-sekolah Perguruan Tamansiswa.Saat ia genap
berusia 40 tahun menurut hitungan penanggalan
Jawa, ia mengganti namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara. Ia tidak
lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya.
KH Ahmad Dahlan[2]
KHA Dahlan lahir pada
tahun 1868 dengan nama Muhammad Darwis. Sejak kecil, dia sudah mendapat
pendidikan agama dari ayahandanya KH Abubakar. Pada tahun 1888, dia pergi ke
mekah untuk menunaikan ibadah haji. Dia bermukmin di sana selama 5 tahun untuk
menuntut ilmu agama. Sekembalinya dari Tanah Suci, namanya berganti menjadi
Haji Ahmad Dahlan. Pada tahun 1903, dia kembali pergi ke mekah selama 3 tahun
untuk mendampingi ilmu agama.
Haji Ahmad
Dahlan juga pernah tercatat sebagai anggota Boedi Oetomo dan Sarekat Islam (SI) sebelum pada akhirnya
membentuk organisasi Muhammadiyah tanggal 18 November 1912.
OrganisasiMuhammadiyah
aktif melakukan dakwah dan pendidikan yang disemangati oleh
nila-nilai pembaruan dalam islam. Pada awal mula berdirinya, Muhammadiyah
banyak ditentang dan dianggap menyalahi agama Islam, bahkan ada yang menuduhnya
sebagai kyai palsu dan kyai kafir. Dalam perkembangan selanjutnya, Muhammadiyah
tetap berdiri dengan tegar dan membantu perjuangan kemerdekaan dengan membentuk
organisasi keputrian Aisyiah dan Kepanduan Hizbul Wathon.
Pilar Sukses Pendidik[3]
Melanjutkan perjuangan Ki Hajar Dewantara dan KHA
Dahlan,bagi kader Muhammadiyah, maka pendidik harus menyiapkan diri agar bisa
berhasil dalam mendidik. Pilar- pilar sukses yang bisa diusahakan guru antara
lain :
1.
Semangat yang terkontrol
2.
Ilmu yang terus berkembang
3.
Rencana yang rapi dalam melaksanakan
perencanaan, PBM, evaluasi, dll.
4.
Variasi kecerdasan (akal)
5.
Kepemimpinan yang bijaksana
6.
Menjaga celah. Dalam hal ini Syauqi berkata,
“jika guru berbuat salah sedikit saja, akan lahirlah siswa-siswa yang lebih
buruk darinya”.[4]
7.
Tidak mengenal putus asa
Sementara itu larangan bagi guru antara lain[5]:
1.
Jangan selalu menjatuhkan hukuman
2.
Jangan menghukum tanpa menyebutkan alasannya
3.
Janganlah terlalu sulit dalam mengadili siswa
4.
Jangan mengeluarkan siswa dari kelas sebagai
hukuman baginya
5.
Jangan berteriak dan mencaci
6.
Jangan menjatuhkan hukuman badan kecuali tidak
ada pilihan
7.
Jika hendak menghukum, jangan menggunakan
tongkat, jangan memukul wajah, dan jangan menyentil telinga
8.
Jangan menghukum seluruh kelas akibat kesalahan
sebagian atau seorang anak
9.
Jangan mengancam siswa bahwa akan melapor ke
Kepala Sekolah dan jangan benar-benar melapor kecuali pada saat darurat
10.
Jangan menghukum atas kesalahan- kesalahan
kecil.
No comments:
Post a Comment