Wednesday, May 15, 2013

Muhammadiyah dan Liku-liku Sejarahnya




Muhammadiyah yang didirikan oleh Darwis atau lebih dikenal dengan Kyai Haji Ahmad Dahlan mempunyai sejarah yang sangat menarik. Nama Ahmad Dahlan didapatkan setelah belajar di Mekkah.  Selain itu pada 1903, saat melaksanakan haji untuk kedua kalinya, Darwis  belajar pada Syekh Ahmad Chatib, ulama kelahiran Bukittinggi yang berkedudukan sebagai imam mazhab Syafii di Masjidil Haram.
Sepulang dari belajar, Darwis( Ahmad Dahlan ) mencoba menerapkan pembaharuan dalam menerapkan ajaran Islam. Baginya modernisasi tak bertentangan dengan Islam, bahkan sejalan perkembangan zaman.
Hal pertama yang diperbaiki oleh Ahmad Dahlan adalah memperbaiki arah kiblat shalat. Saat itu orang- orang di Indonesia melaksanakan shalat tepat ke arah barat padahal berdasar perhitungan Dahlan, sebagai penggemar ilmu Falak, seharusnya agak ke utara sedikit. Tetapi hal itu tidak disetujui KH Muhammad Chalil Kamaludiningrat. Ketika Dahlan dan beberapa santrinya merubah shaf baru, penghulu masjid sangat marah dan memerintahkan anak buahnya merusak surau Dahlan. Oleh Kyai Saleh, kemudian Ahmad Dahlan dibuatkan surau baru.
Pada 1909 Ahmad Dahlan bergabung dengan organisasi Budi Utomo. Dari para tokoh Budi Utomo, Ahmad Dahlan didorong untuk mendirikan organisasi bagi penyebaran pahamnya. Pertimbangan utamanya adalah agar sekolah yang didirikan bisa berjalan terus tanpa bergantung kepada si pendiri. Hasilnya, pada 18 November 1912 Muhammadiyah berdiri. Tujuan Muhammadiyah antara lain menyebarkan ajaran Nabi Muhammad SAW kepada penduduk pribumi dn memajukan hal agama Islam kepada anggota-anggotanya.
Amal usaha Muhammadiyah yang berikutnya adalah Penolong Kesengsaraan Umum ( PKU ) yang pada awalnya merupakan perkumpulan yang dibentuk untuk membantu korban letusan Gunung Kelud 1918. Selain itu ada ‘Aisyiyah yang berasal dari Perkumpulan Kaum Perempuan Sopotresno di Kauman Yogyakarta. Serta Hizbul Wathan yang konon meniru kegiatan kepanduan misionaris di Alun-alun Mangkunegaran pada 1918.
Dengan Partai Sarekat Islam, Muhammadiyah pernah dikritik oleh HOS Cokroaminoto,karena sikap Muhammadiyah yang tetap mau memanfaatkan bantuan pemerintah Belanda dalam program sosialnya.

No comments:

Post a Comment