Muhammadiyah yang didirikan oleh Darwis atau lebih dikenal
dengan Kyai Haji Ahmad Dahlan mempunyai sejarah yang sangat menarik. Nama Ahmad
Dahlan didapatkan setelah belajar di Mekkah. Selain itu pada 1903, saat melaksanakan haji
untuk kedua kalinya, Darwis belajar pada
Syekh Ahmad Chatib, ulama kelahiran Bukittinggi yang berkedudukan sebagai imam
mazhab Syafii di Masjidil Haram.
Sepulang dari belajar, Darwis( Ahmad Dahlan ) mencoba
menerapkan pembaharuan dalam menerapkan ajaran Islam. Baginya modernisasi tak
bertentangan dengan Islam, bahkan sejalan perkembangan zaman.
Hal pertama yang diperbaiki oleh Ahmad Dahlan adalah
memperbaiki arah kiblat shalat. Saat itu orang- orang di Indonesia melaksanakan
shalat tepat ke arah barat padahal berdasar perhitungan Dahlan, sebagai
penggemar ilmu Falak, seharusnya agak ke utara sedikit. Tetapi hal itu tidak
disetujui KH Muhammad Chalil Kamaludiningrat. Ketika Dahlan dan beberapa
santrinya merubah shaf baru, penghulu masjid sangat marah dan memerintahkan
anak buahnya merusak surau Dahlan. Oleh Kyai Saleh, kemudian Ahmad Dahlan
dibuatkan surau baru.
Pada 1909 Ahmad Dahlan bergabung dengan organisasi Budi
Utomo. Dari para tokoh Budi Utomo, Ahmad Dahlan didorong untuk mendirikan organisasi
bagi penyebaran pahamnya. Pertimbangan utamanya adalah agar sekolah yang
didirikan bisa berjalan terus tanpa bergantung kepada si pendiri. Hasilnya,
pada 18 November 1912 Muhammadiyah berdiri. Tujuan Muhammadiyah antara lain
menyebarkan ajaran Nabi Muhammad SAW kepada penduduk pribumi dn memajukan hal
agama Islam kepada anggota-anggotanya.
Amal usaha Muhammadiyah yang berikutnya adalah Penolong
Kesengsaraan Umum ( PKU ) yang pada awalnya merupakan perkumpulan yang dibentuk
untuk membantu korban letusan Gunung Kelud 1918. Selain itu ada ‘Aisyiyah yang
berasal dari Perkumpulan Kaum Perempuan Sopotresno di Kauman Yogyakarta. Serta Hizbul
Wathan yang konon meniru kegiatan kepanduan misionaris di Alun-alun
Mangkunegaran pada 1918.
Dengan Partai Sarekat Islam, Muhammadiyah pernah dikritik
oleh HOS Cokroaminoto,karena sikap Muhammadiyah yang tetap mau memanfaatkan
bantuan pemerintah Belanda dalam program sosialnya.
No comments:
Post a Comment