Memasuki bulan Oktober ini, seluruh bangsa Indonesia
menantikan perayaan hari bersejarah Sumpah Pemuda. Meski demikian, dalam waktu
beberapa tahun terakhir, hari Sumpah Pemuda hamper tidak dirayakan dengan
upacara bendera di instansi sekolah yang notabene para siswanya harus mengenal
tonggak sejarah persatuan bangsa Indonesia.
Sebelum dilaksanakannya Sumpah Pemuda, kita ingat bahwa
perjuangan bangsa dalam rangka meraih kemerdekaan masih bersifat kedaerahan. Kemudian
melalui forum Kongres Pemuda, para pemuda mulai menyusun strategi untuk melawan
penjajah secara serempak dalam satu wadah perjuangan. Tujuan penyatuan seluruh
wadah atau organisasi daerah dalam
Kongres Pemuda adalah mempermudah dan menyatujkan visi, misi pergerakan di seluruh tanah air.
Kongres Pemuda I
Kongres ini dilaksanakan di Batavia pada 30 april- 2 Mei 1926
dan menghasilkan kesepakatan bersama mengenai kegiatan pemuda pada segi sosila,
ekonomi dan budaya. Ketua Kongres Pemuda I adalah Muhammad Tabrani. Kongres ini
menyepakati akan dilaksanakannya Konres Pemuda II.
Kongres Pemuda II
Konres ini dilaksanakan tanal 27- 28 Oktober 1928 . tempat
pelaksanaan Kongres hari pertama die dung Katholikee Jongelingen Bond ( Gedung
pemuda Katolik ). Sedangkan hari kedua dilaksanakan di Gedung Oost Java (
sekarang di Medan Merdeka Utara no. 14). Ketua Kongres Pemuda II adalah Sugondo
Joyopuspito. Wakil ketua : Joko marsaid ( Tirtodiningrat ); sekretaris : Muh
Yamin; bendahara : amir Syarifuddin.
Pada Kongres Pemuda II diperdengarkan untuk pertama kalinya
lagu Indonesia Raya oleh WR Supratman dengan alat music biola. Lagu Indonesia
raya ditetapkan sebagai lagu kebangsaan Indonesia. Selain itu, disepakati juga
bahwa bendera Indonesia adalah bendera merah putih.
Isi Sumpah Pemuda
Kami putra putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang
satu, tanah air Indonesia
Kami putra putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu,
bangsa Indonesia
Kami putra putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan,
bahasa Indonesia
Bagaimana Nilai Sumpah
Pemuda diwujudkan saat ini ?
Setelah kita mengingat sejarah Sumpah pemuda, lalu bagaimana
manifestasinya dalam masa kini ? pasca pemilu 2014 baik Pemilu Legislatif dan
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, kita melihat bagaimana panasnya suhu
politik dari tingkat bawah, yang awam politik, sampai tingkat atas yang melek
politik.
Situasi Indonesia sepanjang kampanye sampai pelaksanaan dan
penghitungan suara benar- benar memprihatinkan. Dari jejaring social saja, kita
bisa membaca bagaimana antar pendukung calon presiden-cawapres “gontok-gontokan”
di dunia maya. Kata- kata kasar sering tertuju pada calon presiden-cawapres
yang tidak didukungnya. Seolah- olah kita lupa bahwa kita bangsa Indonesia yang
ramah tamah terhadap siapa saja. Hujatan demi hujatan mampir di jejaring social.
Sampai saat ini pun, meski capres dan cawapres sudah “rukun”
dengan kubu “sebelah”, istilah politik mereka, di kalangan bawah pun masih saja
mengeluarkan maki- makian terhadap pasangan capres-cawapres baik yang terpilih
maupun tak terpilih.
Sudah saatnya bangsa Indonesia melupakan kebencian satu sama
lain. Indonesia bisa hancur apabila rakyat terus saling menghujat. Mengapa bgitu
? Hal ini akan mempermudah proses terpecah belahnya bangsa. Padahal perjuangan
untuk merdeka sangatlah sulit, mengapa kita tidak mengingat dan meresapi serta
melaksanakan nilai- nilai yang terkandung dalam Sumpah Pemuda?
Tanggal 20 Oktober 2014, pasangan Presiden dan Cawapres
terpilih akan dilantik maka sudah selayaknya para pendukung masing- masing
pasangan Capres dan Cawapres tidak menyulut keadaan yang tidak baik. Tidak peru
lagi menanyakan atau menghujat mengapa harus Jokowi-JK yang terpilih jadi RI 1
dan RI 2 sampai lima tahun mendatang. Tidak perlu pula menghujat atau memprotes
mengapa jajaran Ketua MPR kok tidak dari fraksi atau parpol pemenang pemilu.
Sudah sepantasnya bangsa Indonesia mulai menata diri untuk
pembangunan yang dicita- citakan dan mewujudkan tujuan nasional Indonesia.
No comments:
Post a Comment