Beberapa bulan yang lalu, saya pernah memposting Pendahuluan dan Abstrak dari karya ilmiah dan PKP yang telah saya unggah pada tahun 2014 pada Aplikasi Karya Ilmiah UT Pusat. Judul PKP dan karil saya adalah Peningkatan Pemahaman Nilai Peninggalan Sejarah Situs Gondang melalui Pendekatan Karya Wisata Siswa Kelas IV SD Muhammadiyah Branjang Karangmojo Gunungkidul dengan bimbingan Drs. Wisnu Giyono, M. Pd. Dan kali ini Bab II Kajian Pustaka saya sajikan untuk para pembaca.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.
Pemahaman
Nilai Peninggalan Sejarah Situs Gondang
Arti kata pemahaman ( dalam : http://kamusbahasaindonesia.org/pemahaman#ixzz3EbfhyCnc,
diakses tanggal 28 September 2014 ) adalah proses,
cara, perbuatan memahami atau memahamkan: bahasa sumber dan bahasa sasaran
sangat penting bagi penerjemah. Nilai ( dalam:
uzey.blogspot.com.es/2009/09/pengertian-nilai.html?m=1, diakses tanggal 7
September 2014 ) adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas
dan berguna bagi manusia.
Sedangkan pengertian peninggalan sejarah ( dalam:
serbasejarah.wordpress.com/2013/07/09/warisan-sejarah/, diakses tanggal 7
September 2014 ) merupakan warisan yang berdaya guna bagi generasi manusia
selanjutnya. Peninggalan sejarah ( dalam : http://www.slideshare.net/rishky/peninggalan-sejarah,
diakses tanggal 28 September 2014 ) adalah tonggak-tonggak perkembangan
masyarakat, mengenali tonggak berarti
mengenali perkembangan masyarakat.
Situs
Gondang adalah situs bersejarah di sekitar desa
Ngawis Karangmojo Gunungkidul. Menurut Joraazzashifa, dinyatakan sebagai
berikut:
Situs ini terletak di
dusun Gondang, Ngawis Karangmojo. Peninggalan yang ada di situs ini termasuk
peninggalan masa Megalithikum ( masa batu besar). Peninggalannya berupa peti
kubur batu. Situs ini jarang sekali dikunjungi
oleh wisatawan. ( dalam
https://joraazzashifa.wordpress.com/2013/05/17/peninggalan-peninggalan-bersejarah-di-sekitar-karangmojo/
, diakses tanggal 28 September 2014 )
B.
Pendekatan
Karya Wisata
Pengertian
karya wisata menurut pendapat Toto Ruhimat dan
Asep Herry Hernawan sebagai berikut.
Karyawisata
adalah kunjungan ke suatu tempat atau objek dalam rangka memperluas pengetahuan
dalam hubungan dengan pekerjaan seseorang atau sekelompok orang. Metode
karyawisata hampir sama dengan pembelajaran outdoor yaitu
aktivitas pembelajaran sama-sama dilaksanakan di luar kelas. (Toto
Ruhimat dan Asep Herry Hernawan dalam: Sri Anitah,dkk, 2010: 5.29)
Penerapan metode
karya wisata terdiri atas siklus pembelajaran yang membawa siswa pada suasana
kerja sama yang diharapkan. Siklus kegiatan pembelajaran yang menyebabkan para
siswa berlatih bekerjasama satu sama lain. Menurut Toto
Ruhimat dan Asep Herry Hernawan, penerapan karya wisata adalah
sebagai berikut:
Penerapan metode karya wisata adalah
(1)Menetapkan kompetensi yang akan dicapai siswa.(2) Merencanakan tujuan. (3)
Merumuskan kegiatan yang akan dilakukan. (4) Melaksanakan kegiatan. (5) Menilai
kegiatan.(6) Melaporkan hasil kegiatan (Toto Ruhimat dan
Asep Herry Hernawan dalam: Sri Anitah,dkk, 2010: 5.29-5.30 )
C.
Kerangka
Pikir
Penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan
teori- teori tentang pentingnya materi sejarah bagi siswa serta dasar teknik
karya wisata. Pada akhir sejarah, Sartono
Kartodirjo (1986: 108 ) menyatakan terdapat tujuan yang memberi makna
kepada sejarah. Makna sejarah sendiri tergantung pada masanya. Sejarah yang
mendapat dukungan Romantisisme , Sartono
(1986: 112 ) menyatakan bahwa menciptakan sistem dan masyarakat politik yang
lebih dikenal sebagai “Negara Nasional”. Dalam hal ini tugas sejarah pada
umumnya dan pelajaran sejarah pada khususnya mengarah pada kepentingan negara
nasional Indonesia.
Jangan
sampai anak didik atau generasi penerus bangsa melakukan hal- hal yang
merugikan persatuan dan kesatuan hanya karena kurang memahami nilai sejarah
bangsanya terutama berkaitan dengan peninggalan sejarah/ benda pubakala. Pengamat benda-benda purbakala, Aryo PS
Djojohadikusumo ( dalam: http://www.antaranews.com/berita/395911/pengamat-peninggalan-sejarah-merupakan-harga-diri-bangsa, diakses tanggal 14 September 2014, diakses
tanggal 14 September 2014 ) menyatakan bahwa
peninggalan sejarah bukan hanya menceritakan perjalanan bangsa melainkan juga
menggambarkan jati diri dan harga diri sebuah bangsa.
Kurangnya
kesadaran para generasi muda atas keberadaan peninggalan bersejarah dan nilainya
pun sering ditemui. Syaiful, juru pelestari
situs Ngurawan, Madiun ( dalam: http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/12/29/myeyp4-nasib-mengenaskan-cagar-budaya,
diakses tanggal 14 September 2014), peninggalan Kerajaan Gegelang lainnya sebenarnya
cukup banyak. Hanya saja, beberapa situs dihancurkan oleh masyarakat sekitar
untuk dijadikan bahan bangunan.
Mengingat
pentingnya sejarah, guru memiliki tugas penting untuk selalu mengingatkan siswa
bahwa sejarah bukan hanya untuk syarat naik kelas atau kelulusan. Oleh karena
itu, tugas guru adalah bagaimana mencarikan pendekatan dan metode pembelajaran
agar siswa bisa memahami konsep sejarah mulai dari masa pra aksara sampai
sejarah Hindu- Budha, masa Islam, masa memperjuangkan kemerdekaan dan masa
mempertahankan kemerdekaan.
Agar
siswa dapat memahami konsep sejarah dengan baik guru dapat menerapkan berbagai
macam metode/ teknik pembelajaran. Mengingat berbagai kesulitan dari metode-
metode yang ada, peneliti berusaha menerapkan metode/ teknik yang sekiranya
membuat siswa belajar menemukan fakta sejarah dari buku- buku literatur yang
relevan dengan Kurikulum 2013 pada Buku Guru dan Buku Siswa. Peneliti mencoba
menguji metode/ teknik karya wisata di
Situs Gondang untuk meningkatkan penghargaan terhadap nilai peninggalan sejarah
siswa kelas IV SD Muhammadiyah Branjang.
D.
Hipotesis
Kerja
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah penggunaan teknik karya wisata di Situs Gondang dapat meningkatkan
pemahaman terhadap nilai Peninggalan Sejarah siswa kelas IV SD Muhammadiyah
Branjang Karangmojo Gunungkidul.
No comments:
Post a Comment