Wednesday, December 05, 2018

Fabel: Katak Rindu Hujan


Tempat tinggal katak sudah lama tak hujan. Sungai mulai mengering. Tanah sudah kekeringan. Hawa begitu panas, membuat badan menjadi gerah.


Katak itu bernama Theotheblung. Namanya diberikan oleh teman-temannya karena suaranya seperti itu ketika musim hujan. Saat hujan tiba, Theotheblung bernyanyi sukaria. Menyanyi bersama teman-temannya. Suara mereka bersahut-sahutan. Indah sekali.


Suasana hujan itu membuat Theotheblung kangen suasana dan suara indah sahabat- sahabatnya. Bahkan hewan lain sangat menyukai suara Theotheblung yang berpadu bersama temannya.


"Blung, mbok kamu nyanyi lagi...", Kata monyet.


"Malas aku, Nyet..."


"Iya. Panas kayak gini aku mau ngirit tenaga...", Kata katak lainnya.


"Lebih enak kalau pas hawa dingin, terus nyanyi. Bisa menghibur hati dan menyenangkan kalian...", Ucap Theotheblung.


Gajah yang mendengar pembicaraan mereka akhirnya juga ikut bicara.


"Memang lebih menyenangkan kalau Theotheblung menyanyi pas hujan tiba. Tapi sekarang musim hujan menjadi mundur karena ulah manusia...", Ucap gajah dengan geram.


Gajah sangat ingat bahwa dahulu hutan mereka sangat hijau, lebat daunnya. Tapi manusia sangat kejam, pohon-pohon ditebangi dengan liar. Sekarang pohon sangat jarang terlihat, malah terlihat lebih gersang seperti di gurun pasir.


Akhirnya proses terjadinya siklus air, penguapan menjadi terganggu.


"Lagu yang dinyanyikan katak seperti apa sih, pak", tanya Bledug, anak Gajah itu. Bledug belum pernah mendengar suara katak ketika bernyanyi. Maklum Bledug baru berusia enam bulan.


"Suaraku merdu, Dug...", Kata Theotheblung.


"Kalau gitu, tolong nyanyi buatku ya!", Pinta Bledug.


Permintaan Bledug tak dituruti oleh Theotheblung. Theotheblung tak bisa memanggil temannya di musim kemarau ini.


Theotheblung sedih dan berdoa, semoga hujan segera membasahi bumi. Agar dia bisa menyanyi lagi untuk teman-temannya.


"Doakan ya, Bledug. Semoga segera hujan. Biar kamu bisa mendengar suaraku dan teman-temanku ketika bernyanyi..."


Bledug hanya diam saja.


"Aku kangen hujan ya, Allah. Semoga musim kemarau ini segera berlalu", doa Theotheblung dan diamini Gajah, Bledug, monyet, semut, burung, ular, dan hewan lainnya.

---

Fabel ini saya posting di Plukme dalam event penulisan fabel oleh Plukme Radio.

No comments:

Post a Comment