Aksara atau huruf Jawa diciptakan oleh Aji Saka. Terdiri dari 20 huruf, dimulai huruf HA sampai NGA. Penyusunan huruf menjadi 4 baris mewujudkan guritan yang mudah dihafalkan dan diingat.
Asal Usul Aksara Jawa
Dahulu kala di sebuah pulau yang bernama Pulau Majethi tinggallah seorang pemuda tampan dan sakti mandraguna. Dia bernama Ajisaka. Dia tinggal bersama dua abdi yang setia dan juga sakti yaitu Dora dan Sembada.
Suatu hari Ajisaka ingin pergi dari Pulau Majethi dan menitipkan pusaka andalannya kepada Sembada. Sedangkan Dora diajak serta pergi dari Pulau Majethi. Ajisaka berpesan kepada Sembada agar pusaka itu dijaga baik-baik, tak boleh diserahkan kepada siapapun kecuali kepada Ajisaka.
Sementara di tempat lain, di Pulau Jawa terdapat kerajaan Medhangkamulan yang sangat makmur dan sejahtera. Rajanya, Raja Dewatacengkar sangat menyayangi rakyatnya. Akan tetapi kebaikan raja berbalik 180 derajat sejak juru masak secara tak sengaja mengalami kecelakaan ketika meracik bahan masakan. Jarinya terpotong dan masuk ke dalam masakan. Kemudian raja menjadi ketagihan dan mulai meminta sajian daging manusia dalam menu makanannya. Akibatnya rakyat menjadi korban. Mereka secara bergiliran menjadi bahan untuk menu makanan raja. Raja Dewatacengkar menjadi raja yang sangat kejam dan keji.
Ketika Ajisaka dan Dora sampai di kerajaan Medhangkamulan, mereka merasa aneh dengan kerajaan yang begitu sepi. Mereka mendapat informasi dari seorang rakyat tentang kondisi kerajaan Medhangkamulan.
Ajisaka menghadap raja Dewatacengkar dan bersedia menjadi tumbal asal dia diberikan tanah seluas tali pengikat kepala Ajisaka. Dewatacengkar setuju. Ajisaka segera melepaskan tali pengikat kepalanya, dan ajaibnya tali tersebut semakin melebar dan luas sampai ke lautan. Akibatnya Dewatacengkar jatuh ke laut dan menjadi buaya putih.
Akhirnya Ajisaka didaulat menjadi raja Medhangkamulan. Untuk penobatannya menjadi raja dia menginginkan adanya pusaka ajiannya. Untuk mengambil pusaka di Pulau Majethi, diutuslah Dora. Sesampainya di Majethi Dora berseteru dengan Sembada. Dora merasa mendapat perintah untuk mengambil pusaka Ajisaka. Sedangkan Sembada berpegang teguh pada janjinya kepada Ajisaka bahwa pusaka tersebut tak boleh diserahkan kepada siapapun kecuali pada Ajisaka.
Akhirnya keduanya berperang dan meninggal akibat perebutan pusaka Ajisaka. Ajisaka mendengar berita kematian kedua abdinya. Dia merasa sedih.
Ajisaka mengabadikan dua abdinya tersebut dalam huruf-huruf indah yang dikenal sebagai huruf atau aksara Jawa.
Makna aksara atau huruf Jawa sebagai berikut,
Ha Ha Ca Ra Ka ( ana caraka/ utusan: ada dua abdi atau utusan)
Da Ta Sa Wa La ( padha suwala/ padudon, pancakara: mereka berkelahi)
Pa Dha Ja Ya Nya ( padha sementara digdayane: semua sangat kuat)
Ma Ga Ba Tha Nga ( wasana padha dadi bathang: makanya keduanya menjadi bangkai )
---
Pernah saya posting di Plukme @Cerita Ringan
No comments:
Post a Comment