Wednesday, December 05, 2018

Konsep Pendidikan Ala Ki Hajar Dewantara

Konsep Pendidikan Ala Ki Hajar Dewantara


Hari ini (24 November 2018) saya membaca sebuah Analisis dari Kedaulatan Rakyat tulisan dari praktisi pendidikan dan kebudayaan, Ki Sugeng Subagya yang berjudul "Guru Gundhul Pacul".

Beliau mengingatkan bahwa konsep pendidikan yang diajarkan Ki Hajar Dewantara melibatkan dua pihak yaitu Sang Guru dan Sang Anak. Dalam artian penggunaan kata Sang di mana huruf awalnya menggunakan huruf kapital mengarah pada pengertian "kata yang dipakai di depan nama orang, binatang, atau benda yang dianggap hidup atau dimuliakan". Arti tersebut merujuk pengertian dalam KBBI.

Jadi Sang Guru sangat dimuliakan baik karena ilmu maupun karakternya. Tak kalah dengan Sang Guru, anak didik atau Sang Anak juga dimuliakan. Kata Sang Anak yang mendapatkan transfer ilmu dari Sang Guru dikonsepkan sebagai anak yang meniru atau meneladani hal-hal yang dilakukan Sang Guru.

Melihat kemuliaan dari dua belah pihak yang terlibat dalam pendidikan maka hubungan yang terjalin harusnya dekat, dalam artian saling berkomunikasi dengan baik tanpa mengkerdilkan nilai sopan santun dan tata krama. Jangan sampai ada perilaku murid yang melampaui batas dalam bersikap kepada guru. Seperti yang viral beberapa saat lalu. Guru dibully dengan alasan bercanda. Sungguh memprihatinkan.

Dalam Serat Wulangreh karya Sri Susuhunan Paku Buwono IV, dalam bait ke-4 Pupuh ke-1, digambarkan mulianya guru. Dalam bahasa bebas isi dari penggambaran sosok guru menurut Serat Wulangreh "Jika engkau berguru, pilihlah guru yang sebenarnya, yang terjaga martabatnya, yang memahami hukum, rajin beribadah dan mengurangi hawa nafsu. Syukur jika mendapatkan seorang pertapa yang tekun menjalani pertapaannya. Tidak mengharapkan imbalan orang lain, dia pantas kau gurui, yang demikian itu ketahuilah".

Konsep Sang Guru yang merupakan suri tauladan bagi Sang Anak bisa digambarkan pula dalam tembang dolanan "Gundhul Pacul". Sang Guru yang harusnya menjadi pengemban amanah tapi menemui kegagalan. Tembang dolanan tersebut mengingatkan kepada Sang Guru, bahwa bila tak mampu mengemban amanah yaitu Sang Anak maka dilambangkan sebagai "Gundhul Pacul". Dia tak pantas untuk dijadikan panutan bagi Sang Anak.

Makna dari tembang Gundhul Pacul sangat dalam dan luas. Gundhul- gundhul pacul cul, gembelengan, nyunggi- nyunggi wakul kul, gembelengan, Wakul ngglempang segane dadi sak latar. Sang Guru yang berperilaku buruk akan menghasilkan sega atau nasi  (diibaratkan Sang Anak) yang bubrah atau rusak.

Semoga tulisan yang saya tuliskan kembali dari Analisis KR ini bermanfaat bagi para pendidik di seluruh tanah air.

---

Repost dari story saya di Plukme @Cerita Ringan #story #labelFavorit

No comments:

Post a Comment