Wednesday, December 05, 2018

Uniknya Makna Filosofi Bilangan dalam Bahasa Jawa

Uniknya Filosofi Bilangan dalam Bahasa Jawa


Ketika mengucapkan bilangan dalam bahasa Jawa terdapat beberapa hal yang unik.

Dari bilangan 1-20, kita lafalkan bilangan tersebut dengan siji, loro, telu, dst sampai rongpuluh. Itu dalam bahasa Jawa ngoko. Sedangkan dalam bahasa Jawa Krama dilafalkan setunggal, kalih, tiga, sekawan, gangsal, enem, pitu, wolu, sanga, sedasa, sewelas, rolas, dst, sampai angka 29.

Dalam bahasa Indonesia ;21 = dua puluh satu, 22 = dua puluh dua, 23=dua puluh tiga...s/d 29 = Dua Puluh Sembilan. Akan tetapi dalam bahasa Jawa tidak dinamakan Rong Puluh Siji (21), Rong Puluh Loro (22),... dst, melainkan... Selikur (21), Rolikur (22), .... s/d  Songo Likur (29).

Disini terdapat satuan LIKUR , yang  merupakan kependekan dari LIngguh KURsi, artinya duduk di kursi. Pada usia 21-29 itulah pada umumnya manusia mendapatkan TEMPAT DUDUK, pekerjaan, profesi yang akan  ditekuni dalam kehidupannya. Pada usia inilah para pemuda berkiprah luar biasa demi kelangsungan hidup keluarga dan bernegara. Mereka sudah mulai memikirkan untuk berkeluarga dan berusaha mencukupi kebutuhan keluarga.

Dari bilangan 21-29, terdapat penyimpangan dalam penyebutan pada bilangan 25. Bilangan 25 tidak disebut sebagai LIMANG LIKUR, melainkan SELAWE. Makna SELAWE yaitu SEneng-senenge  LAnang lan WEdok atau Senang-senangnya antara laki-laki dan perempuan. Puncak asmara laki-laki dan perempuan terjadi pada usia ini dan ditandai oleh pernikahan. Maka pada usia tersebut pada umumnya orang menikah (dadi manten).

Ada penyimpangan lagi pada bilangan 50, setelah  sepuluh, rong puluh (20), telung puluh (30), patang puluh (40), mestinya  limang puluh (50). Tapi 50 diucapkan menjadi SEKET. SEKET artinya SEneng KEThunan yaitu suka memakai kethu/tutup kepala, topi/kopiah. Tandanya usia manusia semakin lanjut. Tutup kepala bisa untuk menutup botak atau rambut yang memutih. Disisi lain bisa juga kopiah atau tutup kepala melambangkan orang yang seharusnya sudah lebih taat beribadah, mendekatkan diri pada Sang Pencipta. Tak melulu mengejar hal duniawi.

Pada usia 50 thn mestinya seseorang seharusnya lebih memperbanyak ibadahnya dan lebih berbagi untuk bekal hidup di akhirat.

Dan kemudian masih ada Satu Bilangan lagi, yaitu 60, yang namanya menyimpang dari pola, bukan Enem Puluh melainkan SEWIDAK atau SUWIDAK.
SEWIDAK artinya SEjatine Wis wayahe TinDAK. Maknanya ?
Sesungguhnya sudah saatnya manusia pergi, sudah matang. Manusia setelah lahir, bekerja dan sukses maka di usia senja ini harus sudah siap dipanggil menghadap Tuhan.

Semoga tulisan ini bermanfaat. Semoga kita yang masih di usia produktif tetap bersemangat mencari nafkah untuk keluarga. Tak lupa tetap laksanakan kewajiban sebagai umat beragama. Beribadah tak harus menunggu tua. Bila sekarang bisa, mengapa tak kita laksanakan?

---

Repost tulisan dari Plukme @Cerita Ringan #story #plukers

No comments:

Post a Comment