Jilbab
Suamiku akhir-akhir ini senang sekali berbelanja online. Dari alat pancing, rangka keris, hp, flashdisc dibelinya secara online. Aku yang perempuan saja kalah.
Sepulang kerja, kalau tak mengurusi kolam ikannya, tanaman buahnya, tangannya tak lepas dari HP. Apalagi kalau bukan karena ngecek barang-barang yang bisa dibelinya secara online.
Untunglah dia tak keranjingan sama perempuan lain. Bisa kujitak habis dia.
“Kamu tu lihat apa sih, pakne?”, tanyaku penasaran. Dia menunjukkan barang-barang yang terpampang di aplikasi belanja online. Aku hanya memperhatikan saja. Karena tak kunjung ada pilihan aku nyeletuk, “cuma lihat-lihat terus. Mbok ya aku dibeliin apa gitu, pakne…”
“Lha kamu minta apa, bune? Kemarin kan sudah kubelikan HP to…”
“Iya. Pakne beliin tapi pake uangku kan?”
Suamiku nyengir mendengar ucapanku.
“Yawis. Kamu pingin apa? Ini pilih saja…”
Aku tak menerima HP nya. Aku lebih senang menulis di blog pribadiku.
“Belikan saja jilbab, pakne…”
Dia asyik mencari-cari jilbab. “Kalau ini gimana, bune?”
Dia menunjuk gambar perempuan cantik mengenakan jilbab motif bunga transparan warna hijau muda.
“Ya nggak apa- apa, pakne. Siapa tahu bisa cantik kayak yang di gambar itu. Kalaupun tidak ya paling tidak jilbabnya sama…”, kataku sambil tertawa ringan.
“Walah ya rugi, bune. Beli mahal-mahal kok nggak sama cantiknya…”, komentar suamiku tanpa beban.
“Nggak cantik ya nggak apa-apa. Toh dulu pakne kan yang ngejar-ngejar aku. Bukan aku yang ngejar-ngejar pakne. Artinya kan aku cantik…”
Suamiku hanya berdehem. “Dulu ada laki-laki yang mau pedekate sama aku saja, pakne yang menghalangi kan?” Tak ada jawaban dari mulutnya.
Kuingat lagi masa kenangan waktu itu. Suamiku sering marah kalau aku didekati teman kuliahku dulu. Sekarang pun aku diWA temanku pun masih marah juga.
“Wis, ta pesenke, bune. Wis menenga wae. Jangan bahas sainganku itu lagi. Bikin kesel saja”, ucapnya.
Kulihat dia manyun kalau aku mengungkit masa pedekate dulu. Aku tersenyum dalam hati. “makanya jangan bandingkan aku dengan gambar orang cantik”, batinku.
No comments:
Post a Comment