Kita tidak asing lagi dengan istilah LDR bagi pasangan yang menjalani kisah kasih dan terpisah jarak serta waktu. Perasaan haru biru mewarnai hati. Tak jarang syak wasangka berkelebat di hati, setiakah kekasih atau pasangan hidupnya. Pasangan yang menjalani hubungan jarak jauh memang harus kuat hati, positive thinking, menjaga mata dan hati.
Tatkala rindu mendera bisa saling telepon atau video call. Sekadar melepas kerinduan. Namun sebelum zaman modern seperti sekarang, untuk mengobati rasa rindu tidak bisa telepon atau video call. Hanya orang berada yang memiliki telepon di rumah. Telepon sangat wah untuk saat itu. Untuk melepas rasa rindu sering diabadikan lewat kegiatan surat menyurat.
Zaman sekarang mungkin tak ada yang tahu sensasi saling berkirim surat lewat kantor pos. Seru dan bikin deg deg ser menanti pak pos yang setia mengantar surat dari yang terkasih.
Berhubungan dengan hubungan jarak jauh, rindu dan cara melepas kerinduan ternyata bisa kita lihat romannya di relief-relief candi.
a. Relief Candi Panataran
Relief pada Candi Panataran. Pict: historia.id
Dalam bahasa Jawa Baru, sakit karena rindu sebagai wujud dari psikosomatis lantaran cinta yang terhalang demikian dinamai loro wuyung atau loro bronto.
Kisah berlanjut memperlihatkan seorang lelaki mengenakan topi tekes, yang sering dikenali sebagai Panji. Laki-laki itu tengah duduk di bawah pohon memegang gulungan surat. Surat itu kemudian dibawa oleh burung kakaktua. Burung itu kemudian terbang jauh melewati perairan yang luas. Paruhnya menggigit surat milik Panji hingga akhirnya berhasil tiba di hadapan perempuan yang tengah sakit rindu itu.
Melihat si burung, perempuan itu gembira karena menerima surat dari sang kekasih yang berada jauh darinya dengan penuh suka cita.
Akhirnya mereka akhirnya dipertemukan lagi dan saling menumpahkan kerinduan. Dalam puncak asmara, keduanya saling bermesraan.
Kisah kedua yang terpahat di dinding candi induk Panataran adalah kisah Ramayana. Akan tetapi perantaranya berupa cincin bukan burung. Dalam relief Ramayana terlihat kera putih Hanoman diutus Rama untuk menemui kekasihnya, Dewi Sinta.
Dengan perjuangan yang berat akhirnya Hanoman masuk ke tempat penyekapan Dewi Sinta di Alengka yang dijaga tentara raksasa. Sebagai bukti utusan Rama, Hanoman menyerahkan cincin milik Sinta yang dibuang di hutan ketika diculik Rahwana. Cincin itu ditemukan oleh Rama.
Hanoman membujuk Sinta agar meninggalkan Alengka namun ditolaknya. Dia berharap kekasihnya sendiri yang menjemputnya. Dia pun meminta sang kera putih kembali untuk menyampaikan keinginannya itu.
Sayangnya ending kisah Rama dan Sinta berbeda dengan kisah-kisah lainnya. Kisah Rama dan Sinta tak berakhir bahagia. Sinta memilih ditelan bumi demi membuktikan kesuciannya pada Rama.
b. Relief Candi Jabung, Probolinggo
Pict: arkeologijawa.com
Perantara sampainya surat tersebut adalah burung merpati dengan paruhnya yang lurus dan lancip.
Kisah roman percintaan lainnya dikisahkan dalam relief Angling Dharma Angling. Angling Dharma bertemu kembali dengan penjelmaan istrinya dalam wujud Ambarawati, yang kemudian menjadi istri keduanya. Mereka bertemu ketika Angling Dharma dihukum buang ke hutan.
Setelah melalui berbagai cobaan dalam pembuangannya, keduanya pun bersatu. Adegan asmara kedua tokoh ini digambarkan lewat tokoh Angling Dharma yang seakan merengkuh mesra kekasihnya, Ambarawati.
Tulisan sama saya posting di Sini
No comments:
Post a Comment