Saya memiliki tiga anak. Dari tiga anak, dua diantaranya sudah duduk di SD. Si bungsu berusia tiga tahun di 29 Desember nanti.
Dalam kesempatan ini, saya ceritakan tentang dua anak saya terkait dengan dunia literasi, terutama dalam pengenalannya terhadap huruf- huruf yang menuntunnya bisa membaca dan menulis.
Dua anak saya yang sudah bersekolah memiliki karakter yang berbeda. Cara belajar membaca dan menulis pun berbeda. Si sulung termasuk agak lama dalam belajar membaca dan menulis. Saya ingat betul, di akhir masa TK saya harus mengenalkan perlima huruf sampai hafal, kemudian ditambah lima huruf lagi dan seterusnya, sampai hafal huruf a sampai z.
Setelah itu barulah saya kenalkan cara membaca. Butuh kesabaran ekstra untuk mengenalkan cara membaca. Mulai menggambar topi, mobil dan benda lain, kemudian menuliskan hurufnya dengan salah satu huruf vokal dihilangkan. Sebelumnya pastikan dia hafal huruf vokal.
Setelah melengkapi huruf vokal pada kata benda tertentu, saya latih membaca persuku kata dan juga menulis. Si sulung termasuk lama kalau menulis namun harus terus dilatih. Alhmdulillah, sampai sekarang, dalam hal membaca dia sudah lancar, menulisnya yang masih lama. Capek menulis, ceritanya.
Lain halnya dengan adiknya. Dia lebih mudah mengenal huruf ketika duduk di TK. Bahkan di TK dia sudah meminta les membaca. Sama sekali tak saya paksakan. Saya berprinsip bahwa anak TK memang harus banyak bermain. Tak boleh dijejali dengan huruf- huruf dan kata- kata yang harus dibaca dan ditulis.
Jika kakaknya bisa membaca dan menulis, maka adiknya pasti bisa juga. Itu masalah waktu. Waktu belajar membaca yang tepat adalah ketika anak duduk di SD kelas satu. Di sana ada kegiatan membaca menulis permulaan.
Kita ingat zaman dulu, buku pelajaran Bahasa Indonesia ditekankan pada aktivitas membaca budi dan keluarganya. Berbeda dengan buku Bahasa Indonesia saat ini, apalagi buku tematik Kurikulum 2013.
Membaca Menulis Permulaan disasarkan bagi anak peralihan TK ke SD. Kemampuan membaca permulaan berorientasi pada kemampuan membaca tingkat dasar. Artinya si anak bisa melek huruf. Melek huruf ini artinya anak bisa melafalkan lambang tertulis menjadi bunyi yang bermakna.
Melek huruf ini diharap berlanjut pada pembinaan dan peningkatan kemampuan membaca tingkat lanjut. Artinya anak mampu membaca yang sesungguhnya. Dalam tingkatan ini anak sudah mulai belajar memahami lambang tulis yang dibacanya.
Disamping anak mampu mengenal huruf dan membaca, kemampuan berikutnya adalah menulis. Ada tahapannya juga untuk bisa menulis. Pada awalnya anak dilatih menulis dengan orientasi pada kemampuan yang bersifat mekanik.
Pada tahapan ini anak diharap bisa menulis lambang tulis yang bermakna. Akhirnya nanti anak- anak dibimbing untuk mampu menuangkan gagasan, pikiran, perasaan ke dalam bentuk tulisan.
Dengan adanya tahapan membaca dan menulis permulaan ini diharapkan anak- anak mampu mencapai tujuan pembelajaran yang indikatornya berasal dari standar kompetensi dan Kompetensi dasar.
Untuk melatihkan membaca dan menulis permulaan sebaiknya tidak bergantung pada guru atau lembaga bimbingan belajar. Orangtua perlu membimbing dan melatih buah hatinya. Pada dasarnya keluarga ( ibu dan ayah) adalah guru bagi anak- anak yang utama karena waktu anak bersama keluarga lebih banyak dibandingkan bersama guru dan pelatih bimbel. Selain meningkatkan kedekatan orangtua dan anak, pengeluaran untuk bimbel juga bisa digunakan untuk kebutuhan yang lain.
No comments:
Post a Comment