Thursday, September 16, 2021

Aku Sudah Vaksin

Aku sudah vaksin. Foto: Zahrotul Mutoharoh

Hai… aku Azza. Sekarang ini aku duduk di kelas VI. Hobiku bermain plastisin, menggambar dan membaca buku.

Aku memiliki dua adik. Shifa kelas IV dan Raffa masih balita. Kalau kami berkumpul pastilah ramai dan ribut. Ada saja yang membuatku kesal. Tapi kalau tak bertemu mereka, rasanya sepi juga.

Aku sering tidur di rumah Simbah. Menemani Simbah dan bulikku. Di rumah Simbah, aku diajak hafalan surat-surat pendek. 

Kalau bosan, aku biasanya menonton televisi. Tayangan berita, dan tayangan berbau pengetahuan sangat aku sukai.

Dari menonton televisi itu aku tahu berbagai berita. Termasuk berita vaksinasi untuk menekan dan mencegah kena covid.

Aku sering bertanya kepada ibu, kapan aku bisa vaksin. Ya karena aku sudah berusia dua belas tahun bulan Juli kemarin.

"Di berita tivi itu sudah ada vaksin buat anak usia 12 tahun. Lalu aku kapan, Bu?"

Ibu sudah paham kalau aku pasti sering menanyakan hal itu. 

"Tunggu kabar dari puskesmas ya, ndhuk…" begitu kata ibu.

**

"Za, ibumu mendaftarkan kamu vaksin. Mau nggak?" Tanya Bulik.

"Yang bener, Bulik?" Tanyaku.

"Iya. Vaksinnya di Balai Desa. Tanggal 14 September."

Rasanya aku tak sabar untuk vaksin.

**

Tanggal 14. Aku mandi dan sarapan. Lalu bersiap-siap untuk ke Balai Desa. 

Oh iya. Untuk vaksin kali ini aku diantar Bulik. Soalnya ibu mau periksa ke dokter. 

Aku ke Balai Desa pukul delapan lebih. Sesampai di sana, banyak sekali orang yang mendaftar dan mengikuti vaksin. Oleh Bulik aku diantrikan. Nomor antriku 154. 

Lama juga menunggu vaksinnya. Setelah mendaftar, suhu tubuh dicek. Tensi juga. Baru setelah cek suhu dan tensi, aku disuntik oleh pak dokter.

Setelah disuntik vaksin, aku dan orang yang ikut vaksin menunggu kartu vaksin. Selama 30 menit. Untuk mengetahui reaksi tubuh setelah vaksin.

Selama menunggu 30 menit, seorang dokter mengumumkan kalau vaksin merupakan salah satu usaha untuk sehat. Bukan berarti divaksin lalu tidak kena covid. Tetapi orang yang divaksin itu kalau kena covid maka tidak akan parah.

***

Setelah 30 menit, namaku disebut oleh petugas. Lalu ditanya, apa yang kurasakan setelah divaksin.

"Lenganku pegal-pegal," jawabku.

Lalu petugas memberikan kartu vaksin kepadaku. Kartu itu kuserahkan kepada Bulik, setelah berfoto di Balai Desa dengan memegang kartu vaksinku.

Alhamdulillah. Aku sudah vaksin meski masih SD. Semoga aku, adik-adik, ibu, bapak dan semua keluargaku sehat. 


No comments:

Post a Comment