*Tanda Ilmu Yang Bermanfaat*
Allah memuliakan ilmu dan ahlinya. Bahkan Allah memulai menurunkan ayat Al Qur'an pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan perintah untuk membaca ;
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ
_“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,”_ (QS Al-'Alaq; 1).
Ilmu adalah jalan menuju jannah, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
منْ سَلَكَ طَريقًا يَبْتَغِي فِيهِ علْمًا سهَّل اللَّه لَه طَريقًا إِلَى الجنةِ
_“Barang siapa memudahkan langkah kakinya menuju majlis ilmu, Alloh akan mudahkan langkahnya dengan ilmu tsb menuju Jannah.”_ (HR. Muslim 2699)
Semakin besar keinginan seseorang untuk masuk jannah, maka berbanding lurus dengan semakin besar usahanya untuk menuntut ilmu. Sebab seseorang bisa masuk jannah jika mengerjakan amalan-amalan jannah, dan tidak mungkin beramal jika tidak dilandasi dengan ilmu yg benar.
Namun tidak setiap ilmu menghadirkan kemanfaatan bagi pemiliknya dan bagi orang banyak. Tidak sedikit orang yang celaka karena ilmunya itu; celaka dunia dan celaka akhirat.
*Beberapa indikasi ilmu yg bermanfaat adalah;*
*Pertama,* ilmu tersebut semakin membuat kita takut pada Allah.
Allah Ta’ala berfirman dalam Surah Fathir ayat 28 :
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاء
_“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.”_
Ibnul Qayyim menyatakan, _“Tidaklah disebut alim (orang berilmu) kecuali orang yg punya rasa takut pada Allah. Semakin hilang ilmu, semakin hilang rasa takut. Jika rasa takut hilang, maka ilmu pun akan makin redup.”,_ (Syifa’ Al-‘Alil, 2: 949)
*Kedua,* ilmu itu menjadikan pemiliknya semakin semangat melakukan ketaatan dan semakin semangat menjauhi maksiat. _“Siapa yang takut pada Allah, maka dialah ‘alim, seorang yang berilmu. Siapa yang bermaksiat pada Allah, dialah jahil (orang yang jauh dari ilmu).”_
*Ketiga,* mengantarkan pada sifat qana’ah (selalu merasa cukup) dan zuhud pada dunia. Al-Hasan Al-Bashri pernah berkata, _“Sesungguhnya orang yang berilmu adalah orang yang zuhud pada dunia dan semangat mencari akhirat. Ia paham akan urusan agamanya dan rutin melakukan ibadah pada Rabbnya.”_
*Keempat,* tawadhu’ (rendah hati) dan mudah menerima kebenaran dari siapa pun, kemudian berusaha menerapkan kebenaran tersebut.
*Kelima,* tidak suka pujian dan enggan menganggap diri sendiri lebih baik dari orang lain , serta menjauhi ketenaran. Kalaupun ia disanjung lalu menjadi populer itu bukan karena keinginan dan pilihannya.
Keenam, Ilmu yang dipelajari tidak jadi kebanggaan dan kesombongan di hadapan lainnya. Ia sadar bahwa para salaf dahulu jauh lebih mulia dan ia pun selalu berprasangka baik pada mereka.
No comments:
Post a Comment