Memaknai Hardiknas: Menjadi Guru Teladan

Tanggal 2 Mei ini kita kembali memperingati Hari Pendidikan Nasional. Masih banyak PR bagi kita, terutama yang bekerja dalam dunia pendidikan, untuk memeajukan pendidikan Indonesia. Seperti yang kita ketahui bahwa tahun pelajaran 2014/ 2015, pemerintah menggulirkan Kurikulum 2013 yang pada kenyataannya masih jauh dari kesempurnaan. Ketidaksempurnaan ditandai dengan terlambatnya Buku Guru dan Buku Siswa, yang notabene menjadi buku pegangan utama dalam kegiatan belajar mengajar. Pada akhirnya keterlambatan ini ditambah lagi dengan cara penilaian yang dianggap membingungkan para pendidik itu sendiri. Berbagai aplikasi penilaian/ rapor Kurikulum 2013 sempat membingungkan. Oleh pemerintah yang baru akhirnya Kurikulum 2013 ini ditunda penyelenggaraannya. Hanya sekolah yang menjadi sekolah percontohan saja yang masih menerapkan kurikulum ini.

Terlepas dari kurikulum yang kembali ke KTSP maka guru sebenarnya tidaklah perlu resah. Sebenarnya kalau kembali pada niat menjadi pendidik, sebenarnya kunci pokok sebagai pendidik adalah menjadi guru teladan.

Berikut karakteristik keteladanan seorang guru dilihat dari akidah, akhlak dan perilaku.
1. Guru harus mempunyai akidah yang bersih dari hal yang mengurangi kesempurnaan akidah itu sendiri.
2. Guru konsisten menjalankan ibadah wajib dan sunah
3. Guru harus selalu merasa diawasi Allah
4. Guru harus menyadari kekurangannya.
5. Memotivasi diri bahwa mengajar adalah menyebarkan ilmu yang bermanfaat
6. Berakhlak mulia, berkelakuan baik dan menjauhi hal- hal yang bertentangan dengan itu.

Sedangkan karakteristik profesionalitas harus dimiliki guru antara lain:
1. Menguasai materi pelajaran dengan matang
2. Mengajar atas kemauan sendiri
3. Harus memiliki kesiapan alami untuk menjalani profesi mengajar
4. Harus menguasai cara- cara mengajar dan menjelaskan
5. Harus memenuhi syarat- syarat penyampaian pelajaran yang baik
6. Harus siap mental, fisik, waktu dan ilmu

Sumber bacaan: Mahmud Samir Al-Munir. 2004. Guru Teladan di Bawah Bimbingan Allah. Jakarta: Gema Insani Press