Tuesday, November 10, 2020

Persahabatan di Dunia Rusa -3

Elk. Sumber gambar: theodysseyonline.com

Hujan Angin di Sore Hari

Matahari mulai bergeser ke arah barat. Ya, sore sudah tiba. Langit yang semula berawan putih, tiba-tiba menjadi gelap. 


Angin bertiup kencang mengenai dedaunan dan ranting pohon. Tiupan angin itu membuat daun dan ranting kering berjatuhan.


Cuaca semakin gelap dan udara semakin dingin. Pertanda bahwa hujan akan segera turun.


Benar saja, tak lama kemudian turunlah hujan. Rusa-rusa yang tadi siang kerja bakti berlarian ke dalam gua, tempat tinggal darurat yang sudah dipersiapkan.


Rusa-rusa itu belajar dari kejadian saat musim hujan dua tahun yang lalu. Mereka tetap tinggal di rumah masing-masing. Ternyata terjadilah hujan angin. Hujan disertai angin kencang yang akhirnya merusak rumah mereka. Bahkan ada saudara mereka yang terluka atau meninggal.


Tentu mereka tak ingin kejadian itu dialami lagi. Karenanya mulai tahun kemarin, mereka sepakat untuk membuat tempat tinggal darurat. Dan Alhamdulillah mereka aman ketika beberapa kali terjadi hujan angin.


**

Setelah angin bertiup kencang, dari kejauhan terdengar suara hujan. Semakin lama air hujan mendekat ke arah gua.


Rusa-rusa sudah tenang di dalam gua. Lalu mereka menyiapkan makanan di tengah gua dan akan makan bersama. Makanan-makanan itu mereka kumpulkan setelah kerja bakti tadi.


Tak lupa, di dekat tempat mereka duduk dinyalakan api unggun untuk menghangatkan tubuh dan penerangan.


Mereka sangat bersyukur karena bisa tinggal di tempat yang aman.


***

Sementara jauh dari gua, Rusa Tutul sudah masuk rumahnya.


"Aku akan tiduran saja. Sepertinya enak kalau hujan terus tidur…"


Rusa Tutul merebahkan tubuhnya. Namun dari arah luar, angin bertiup kencang dan terdengar suara benturan keras. Seperti pohon yang tertimpa benda besar.


Rusa Tutul melihat keadaan luar dari jendela. Tampaklah batu besar yang menimpa pohon dekat rumahnya.


Buru-buru Rusa Tutul keluar rumah dan berlari. Dia tak peduli meski hujan sangat deras dan petir tak henti-hentinya.


"Aku harus menyelamatkan diri. Tapi aku harus ke mana?"


Rusa Tutul menyadari bahwa bahaya mengancamnya jika dia tetap berada di rumahnya.


***

Dengan ragu Rusa Tutul memanggil Pudu, Elk dan teman lainnya. Tubuh Rusa Tutul basah dan menggigil kedinginan.


Dia menunggu temannya di mulut gua. Tetapi tak ada satupun temannya yang keluar dari gua. Padahal dilihatnya cahaya dari arah dalam.


"Ah… teman-teman tidak ada yang mempedulikanku…"


Rusa Tutul membalikkan badan dan mau meninggalkan gua itu.


"Hei, Tutul! Kamu kok hujan-hujanan begitu. Nanti masuk angin lho. Ke sinilah! Masuk ke dalam gua..." 

***

Bersambung

No comments:

Post a Comment