Bermalam di Tempat Tinggal Darurat
Malam semakin larut, rusa-rusa telah bersiap untuk tidur setelah makan malam. Sementara api unggun yang dinyalakan sejak petang, kini tinggal sisa baranya. Meski begitu, hawa dalam gua masih tetap hangat.
Rusa Tutul memilih tempat di dekat bara api untuk tidurnya. Namun oleh Rusa Merah, Rusa Tutul disuruh pindah tempat.
"Di situ buat Pudu, Tutul…" Rusa Merah mengingatkan Rusa Tutul.
"Ah… nggak mau. Aku kalau tidur harus terang. Jadi aku tidur di sini saja, yang dekat sisa bara api unggun…"
Sementara Pudu hanya diam meski sebenarnya dia sangat kecewa. Kalau saja Pudu tidak trauma karena adiknya mati saat hujan angin dua tahun yang lalu, dia tidur di mana saja tidak masalah.
"Sudahlah, Merah. Aku tidur dekat kamu saja…"
"Tapi kita di pojokan gua. Pasti gelap, Pudu…"
"Kan ada kamu, Elk dan teman lain. Aku pasti berani kok…"
Pudu tersenyum pada Rusa Merah.
**
Pagi harinya. Rusa Tutul masih tidur. Sedangkan rusa-rusa lainnya sudah bangun sedari Subuh. Ya...mereka tetap mendirikan shalat. Malah mereka bisa shalat berjamaah.
Selepas shalat Subuh mereka berbincang sambil melihat situasi di luar gua.
"Wah… rupanya hujan semalam membuat pohon banyak yang roboh ya…"
"Iya. Syukurlah kita aman dari bencana…"
"Betul, Putih. Meski rumah kita hancur, kita tetap sehat. Perkara rumah, besok bisa dibangun lagi…"
"He em… hoaaahhh…" Pudu mengiyakan, lalu menguap lama sekali.
"Hei, Pudu. Kamu sepertinya mengantuk banget…"
"Hehehe… iya, Elk. Semalam aku nggak bisa tidur nyenyak…"
"Lho kenapa?"
"Dia tidur di pojokan sama aku, Elk. Tutul itu mengambil tempat tidur Pudu…", sahut Rusa Merah.
"Nanti biar aku nasehati Tutul ya, Merah-Pudu…"
"Ah… nggak apa-apa kok. Biar nanti malam aku tidur di pojokan gua lagi. Aku berani kok…"
"Berani tapi kan akhirnya nggak bisa tidur. Iya kan?"
***
Rusa-rusa kembali ke gua. Rupanya Rusa Tutul baru saja bangun tidur. Dia menggeliatkan tubuhnya.
"Wahhh… sudah pagi rupanya…" ucap Rusa Tutul.
"Ini sudah siang, Tutul. Bukan pagi. Lihatlah matahari sudah tinggi!" Rusa Merah mengomentari ucapan Rusa Tutul.
Rusa Merah terlihat kesal sekali.
"Kamu itu pemalas!"
Rusa Tutul tidak terima dengan ucapan Rusa Merah. Akhirnya mereka bertengkar.
***
"Kenapa kalian berkelahi?" Elk bertanya pada Rusa Tutul dan Rusa Merah.
"Aku kesal, Elk. Dia tidur di dekat sisa bara api. Kasihan Pudu kan? Pudu nggak tidur nyenyak gara-gara dia…"
Rusa Tutul menahan marah.
"Aku juga tidak bisa tidur di tempat yang gelap. Tahu nggak sih kamu!"
"Tapi kan…"
Elk melerai perselisihan mereka.
"Sudah… sudah!"
Rusa Merah dan Rusa Tutul kaget karena suara keras Elk.
"Begini. Tutul, sejak kemarin tempat tidur sudah dibagi. Memang Pudu kebagian di dekat sisa bara api. Jadi nanti malam dan seterusnya Pudu di sana tidurnya…"
"Yaaa… kok begitu? Kenapa aku nggak diajak membagi tempat tidur? Kalian ini curang!
Elk dan Rusa Merah menggelengkan kepala.
"Bukankah seharian kemarin kamu nggak ikut kerja bakti? Kami membaginya setelah kerja bakti lho…"
Rusa Tutul terdiam. Dalam hatinya Tutul mengiyakan ucapan Rusa Merah.
"Ya sudahlah. Aku pergi dulu! Aku mau menengok rumahku…"
Rusa Merah mau mengejar Rusa Tutul saking gemas dan kesal. Namun, Elk menahannya. Elk dan Rusa Merah kembali bergabung dengan rusa lain yang tengah bersiap makan bersama.
***
Bersambung
No comments:
Post a Comment