Mengenal Profil Pelajar Pancasila (PPP) dan Beberapa Penerapannya dalam Pembelajaran
Profil Pelajar Pancasila (PPP) merupakan sejumlah karakter dan kompetensi yang diharapkan untuk diraih oleh peserta didik, yang didasarkan pada nilai-nilai luhur Pancasila (guru.kemdikbud.go.id). Karakter dan kompetensi inilah yang dikembangkan dalam pembelajaran dengan Kurikulum Merdeka.
Kali ini, saya akan ulas beberapa hal yang berkaitan dengan PPP.
Pertama, harapan saya pada pendidikan Indonesia. Sebagai seorang pendidik saya berharap pendidikan di Indonesia maju. Bisa menghasilkan manusia Indonesia yang utuh. Sukses di persaingan dunia/global. Tanpa meninggalkan kepribadian bangsa.
Budaya luar boleh saja ditiru tetapi tidak harus semua. Hanya yang sesuai dengan kepribadian bangsa. Ada filter dasar negara Pancasila yang perlu dikembangkan sejak dini. Dari jenjang Paud/TK sampai SMA/SMK.
Saya berharap Saya Indonesia Saya Pancasila bukan sekadar jargon saja. Harus benar-benar bisa terwujud jiwa Pancasila di hati sanubari di manapun berada.
Semoga pendidikan dengan Kurikulum Merdeka bisa mewujudkan itu semua. Tentu dengan dukungan berbagai pihak seperti guru/sekolah, siswa, masyarakat. Semua saling bahu membahu untuk memajukan bangsa dan negara di tengah gempuran kemajuan zaman.
Kedua, dimensi PPP yang terdiri dari enam Dimensi yaitu
Beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia
Mandiri
Bernalar kritis
Berkebinekaan global
Gotong royong
Kreatif
Untuk saat ini dimensi Profil Pelajar Pancasila yang paling dominan adalah gotong royong. Mengingat para siswa berdomisili di pedesaan yang sangat erat dengan budaya gotong royong.
Gotong royong yang dilakukan bisa terjadi di sekolah, rumah dan lingkungan masyarakat.
Saat di rumah, para siswa membantu orangtua misalnya menyapu, merapikan kamar, menyiram bunga, mengajak bermain adik dan sebagainya.
Di lingkungan sekolah, para siswa bergotong royong dalam menyelesaikan tugas berkelompok, piket kelas, membersihkan lingkungan sekolah, menjaga kebersihan kamar mandi, diskusi kelompok dll.
Di lingkungan masyarakat, siswa bisa membantu ketika ada kerja bakti di masjid, balai dusun, dan sebagainya.
Tentu saja dimensi gotong royong ini sangat baik dan bisa menumbuhkan dimensi mandiri, di mana siswa tidak mengandalkan orang lain dalam berbagai hal.
Selain itu dimensi gotong royong bisa menumbuhkan dimensi berkebinekaan global. Di mana para siswa memahami bahwa dalam bergotong royong pasti menemukan perbedaan. Namun perbedaan tersebut menjadikan sikap saling menghormati satu sama lain.
Ketiga, dari dimensi yang pertama, Dimensi Beriman, Bertakwa kepada Tuhan YME, dan Berakhlak Mulia saya bisa belajar banyak hal.
Dimensi yang dikembangkan dalam Kurikulum Merdeka Belajar ---dimensi beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia--- membawa dampak yang luar biasa bagi sikap dan pemikiran siswa. Dampak positif tentunya.
Melihat dampak positif dari dimensi ini, maka sudah selayaknya guru membantu siswa dan memfasilitasi agar dimensi ini bisa berkembang dengan baik. Dan guru harus terus berkolaborasi dengan orangtua siswa dan lingkungan masyarakat untuk mewujudkannya.
Pada dasarnya kesuksesan siswa memang dibantu tiga pusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Mengingat pentingnya dimensi beriman, bertakwa kepada Tuhan YME dan Berakhlak Mulia, maka strategi pembelajaran yang ingin segera saya coba praktikkan di kelas bisa saya jabarkan sebagai berikut.
Untuk menguatkan Dimensi Beriman, Bertakwa kepada Tuhan YME dan Berakhlak Mulia, maka saya akan menyiapkan strategi pembelajaran sebagai berikut:
1. Mengawali pembelajaran dengan berdoa sesuai dengan agama/kepercayaan masing-masing siswa. Langkah ini akan membuat lancarnya kegiatan pembelajaran.
2. Mengingatkan kepada siswa untuk selalu berdoa untuk mengawali dan mengakhiri setiap aktivitas. Misalnya berdoa sebelum dan sesudah makan dsb.
3. Mengajak siswa untuk bersyukur atas segala nikmat dari Tuhan YME. Caranya dengan berbuat baik kepada sesama manusia, hewan, tumbuhan dan alam.
4. Mengajak siswa untuk menanam dan merawat tanaman penghijauan di sekolah agar udara segar dan lebih menyehatkan.
5. Menanyakan hewan peliharaan di rumah. Lalu menasehati agar siswa merawat hewan peliharaan itu dengan penuh kasih sayang. Caranya dengan memberi makan setiap hari, menjaga kebersihan lingkungan hewan berada, dsb.
6. Mengajak siswa untuk mewujudkan kasih sayang kepada orangtua. Karena orangtua adalah orang yang sangat berharga dan harus dihormati. Bahkan ridho Allah tergantung kepada ridho orang tua. Siswa harus menghormati, menyayangi kedua orang tua agar diberi kemudahan dalam belajar, dll.
6. Menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi kepada teman dan orang yang lebih muda dari kita. Tujuannya agar siswa menjadi pribadi yang santun dan juga disayangi oleh sesama.
7. Mengakhiri pembelajaran dengan berdoa sesuai dengan agama/kepercayaan masing-masing.
8. Tidak jemu mengingatkan siswa agar melaksanakan ibadah shalat lima waktu (bagi siswa muslim) dan bagi siswa non muslim tetap diingatkan untuk beribadah sesuai ajarannya masing-masing.
Tentu masih banyak lagi strategi pembelajaran lainnya. Dan itu bisa dikembangkan setiap hari tanpa mengenal waktu.
Branjang, 31 Agustus 2022
No comments:
Post a Comment